PALANGKA RAYA – Pelaksana Harian (Plh) Asisten Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat (Pemkesra) Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Maskur, menghadiri Konferensi Pers Berita Resmi Statistik yang diselenggarakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) di Ruang Vicon, Senin (2/12/24).
Dalam konferensi pers tersebut, Maskur mengungkapkan bahwa Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalteng secara masif menggencarkan program pasar murah. Menurutnya, melalui pasar murah, pemerintah dapat menstabilkan harga kebutuhan pokok yang sering mengalami lonjakan, terutama menjelang hari-hari besar atau saat terjadi gangguan pasokan.
Maskur juga menyampaikan bahwa pasar murah dapat menjadi instrumen yang efektif dalam menjaga daya beli masyarakat dan menekan inflasi.
“Ini merupakan amanat dari pemerintah pusat bahwa daerah harus mengendalikan inflasi, salah satunya melalui pasar murah. Alhamdulillah, inflasi Kalteng berada di angka 1,02 persen, yang masuk dalam sepuluh besar inflasi terendah secara nasional,” ujar Maskur.
Lebih lanjut, Maskur menegaskan bahwa upaya pengendalian inflasi di Kalteng memang menjadi fokus utama Pemprov Kalteng dan laporan terkait hal tersebut disampaikan secara rutin ke pemerintah pusat, terutama kepada Kementerian Dalam Negeri. Laporan ini mencakup berbagai langkah yang telah diambil Pemprov Kalteng untuk menstabilkan harga kebutuhan pokok dan memastikan kelancaran pasokan barang.
“Pasar murah menjadi salah satu strategi efektif dalam menstabilkan harga barang kebutuhan pokok, sehingga masyarakat, terutama kalangan berpendapatan rendah, tetap dapat mengakses barang dengan harga yang terjangkau,” terang Maskur.
Sementara itu, Kepala BPS Kalteng, Agnes Widiastuti, menyampaikan bahwa pada November 2024, terjadi inflasi year-on-year (y-o-y) di Provinsi Kalteng sebesar 1,02 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,13. Inflasi tertinggi terjadi di Sampit sebesar 1,12 persen dengan IHK 105,47, sedangkan inflasi terendah tercatat di Kabupaten Kapuas sebesar 0,84 persen dengan IHK 106,73.
“Secara tahunan, Provinsi Kalteng mengalami inflasi. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau memiliki andil besar terhadap inflasi tahunan Kalteng, yaitu sebesar 0,56 persen,” tutur Agnes.
Ia juga menjelaskan bahwa inflasi y-o-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, antara lain kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 1,47 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,60 persen, kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,80 persen, kelompok kesehatan sebesar 1,11 persen, kelompok pendidikan sebesar 2,21 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,55 persen, serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 5,15 persen.
Sementara itu, beberapa kelompok pengeluaran mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,33 persen; kelompok transportasi sebesar 1,21 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,02 persen, serta kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,05 persen.
“Tingkat inflasi month-to-month (m-to-m) Kalteng pada November 2024 tercatat sebesar 0,36 persen, sedangkan tingkat inflasi year-to-date (y-to-d) hingga November 2024 sebesar 0,55 persen,” pungkasnya. (ifa)