PALANGKA RAYA – Sahli Gubernur Kalteng Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan, Yuas Elko menghadiri secara virtual Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi Tahun 2025 dan Pembahasan Persiapan Angkutan Lebaran Tahun 2025 bersama Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia (Mendagri RI) dari Ruang Rapat Bajakah, Senin (17/2).
Tito Karnavian dalam laporannya menyebut, bahwa inflasi secara nasional tahun ke tahun (year on year) dari Januari 2025 terhadap Januari 2024 menyentuh di angka 0,76 persen. Meski demikian, inflasi bulan ke bulan dari Januari 2025 terhadap Desember 2024 mengalami deflasi sebesar -0,76 persen.
“Penyumbang utama deflasi ini berasal dari perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga senilai -9,16 persen serta informasi, komunikasi dan jasa keuangan senilai -8,08 persen,” sebutnya.
Tito menjelaskan, faktor penyebab deflasi perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga ini dikarenakan adanya diskon 50 persen pengguna listrik di bawah 2200 watt selama Januari dan Februari 2025.
Di samping itu, Tito mengungkapkan, ada sejumlah komoditas mengalami kenaikan namun tetap terkendali dengan baik.
“Makanan, minuman dan tembakau masih positif di angka 1,94 persen. Ini terjadi kenaikan, tetapi kenaikannya terkendali. Kemudian, perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,60 persen, pendidikan 0,01 persen, kesehatan 0,40 persen, semuanya masih positif. Artinya, masyarakat masih mengeluarkan uang untuk hal-hal yang non prime,” jelas Mendagri.
Sementara itu, usai menghadiri Rakor, Yuas Elko menyampaikan perkembangan inflasi di Provinsi Kalteng yang dilaporkan aman dan terkendali. Ia juga menyebut, jelang Ramadan ini stok bahan pangan masih mencukupi.
“Inflasi Kalteng masih aman dan terkendali di angka 0,28 persen (year on year). Stok bahan pangan menjelang bulan Ramadan juga masih cukup,” imbuhnya.
“Namun, faktor ketahanan pangan tetap harus diperhatikan dengan baik. Keterlibatan semua pihak, baik pemerintah, pedagang, hingga masyarakat, sangat penting untuk memastikan distribusi yang lancar dan menghindari praktik penimbunan yang bisa menyebabkan kelangkaan di kemudian hari,” pungkasnya. (fit/abe)