PALANGKA RAYA – Menteri Kehutanan (Menhut) Republik Indonesia (RI), Raja Juli Antoni meresmikan sekaligus meninjau Kawasan Rehabilitasi dan Konservasi Orang Utan Nyaru Menteng. Juga mengantar orang utan berangkat ke Sekolah Hutan di Nyaru Menteng, Kota Palangka Raya, Kamis (20/3).
Kegiatan ini juga dihadiri oleh Wakil Gubernur (Wagub) Kalimantan Tengah (Kalteng), H. Edy Pratowo, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem, Satyawan Pudyatmoko, Staf Ahli Menteri Kehutanan Bidang Hubungan Antar Lembaga, Fahrizal Fitri, Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalteng, Agustan Saining dan Ketua Yayasan Penyelamatan Orang Utan Borneo, Jamartin Sihite.
Peresmian ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pemotongan pita oleh Menhut RI, Wakil Gubernur Kalteng, Kepala Dinas Kehutanan, serta Ketua Yayasan Penyelamatan Orang Utan Borneo.
Dalam kesempatan tersebut, Raja Juli Antoni mengapresiasi kerja sama antara pemerintah, masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), seperti Yayasan BOS yang berperan penting dalam keberhasilan misi rehabilitasi orang utan.
“Apa yang dikerjakan oleh BOSF dan beberapa LSM sangat luar biasa. Saya tersentuh, ada sekelompok orang yang mendedikasikan dirinya untuk kebaikan hutan dan keanekaragaman hayati, terutama orang utan,” ujar Menhut.
Menhut juga menekankan, pentingnya menjaga alam dan hutan agar tetap lestari, sehingga orang utan dan satwa lainnya bisa hidup normal di habitatnya.
“Segala sesuatu yang dilakukan terhadap rehabilitasi dan konservasi orang utan harus dilakukan dengan bijak, mencari titik yang benar-benar baik untuk semua pihak,” tambahnya.
Menurut Menhut, pembangunan harus terus berlangsung tanpa mengorbankan kelestarian hutan, dengan kesejahteraan rakyat tetap terjaga.
Sementara itu, wagub mengapresiasi peran BOSF yang telah berkiprah di Kalteng, dengan membangun Pusat Rehabilitasi Nyaru Menteng sejak tahun 1999 untuk merehabilitasi orang utan.
“Orang utan bukan hanya bagian dari warisan alam, tetapi juga berperan vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan tropis,” ujarnya.
Wagub berharap dengan fasilitas yang lebih memadai, proses rehabilitasi dan konservasi orang utan dapat dilakukan secara lebih efektif.
Sementara itu, Jamartin Sihite menjelaskan bahwa jenis orang utan yang ada di Nyaru Menteng adalah Pongo pygmaeus wurmbii, dengan jumlah lebih dari 100 individu.
“Orang utan yang ada di kawasan ini kebanyakan berasal dari penyerahan warga kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam. Di sekolah ini, orang utan menjalani proses rehabilitasi selama satu hingga dua tahun, tergantung kecepatan mereka belajar. Setelah lulus dari sekolah, orang utan akan dipindahkan ke Pulau Salat, dan akhirnya kembali ke hutan,” pungkasnya. (ifa/abe)