KOTAWARINGIN BARAT – Kalimantan Tengah (Kalteng) terus menunjukkan perhatian besar terhadap sektor pendidikan dan pariwisata, terutama di daerah-daerah yang membutuhkan perhatian lebih, Sabtu (5/4), Gubernur Kalteng, H. Agustiar Sabran, melakukan kunjungan kerja ke Kecamatan Arut Selatan (Arsel), Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar).
Dalam kunjungannya tersebut, ia didampingi oleh Bupati Kotawaringin Barat, Hj. Nurhidayah, serta beberapa pejabat lainnya, termasuk Staf Ahli Gubernur Bidang Pemerintahan, Hukum, dan Politik, Herson B. Aden, dan Pelaksana Tugas (Plt.) Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalteng, Muhammad Reza Prabowo.
Gubernur mengawali kunjungan dengan meninjau Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) yang terletak di Masjid Baiturrohman. Meskipun bangunan dan fasilitas di TPA tersebut belum sepenuhnya selesai, Gubernur menekankan pentingnya pendidikan sebagai prioritas utama dalam pembangunan daerah.
Ia berkomitmen, untuk terus memastikan pendidikan di seluruh wilayah Kalteng, terutama yang ada di daerah terpencil dan berbasis keagamaan, mendapat dukungan maksimal.
“Pendidikan adalah kunci utama dalam pembangunan. Kami akan terus berusaha membangun daerah yang maju, dimulai dari sektor pendidikan yang kokoh,” ujar Agustiar Sabran.
Setelah meninjau TPA, Gubernur melanjutkan perjalanan menuju Desa Kumpai Batu Atas untuk mengevaluasi objek wisata setempat. Kunjungan ini fokus pada pengembangan fasilitas wisata yang dapat mendukung kemajuan ekonomi daerah. Gubernur menyatakan bahwa sektor pariwisata memiliki potensi besar untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, membuka lapangan pekerjaan, dan mendorong investasi di bidang infrastruktur.
Dalam kesempatan tersebut, Plt. Kadisdik Kalteng, Muhammad Reza Prabowo, yang turut mendampingi, menegaskan bahwa pendidikan dan pariwisata memiliki hubungan erat dalam membentuk karakter generasi muda yang tangguh dan berdaya saing.
“Generasi muda adalah aset utama yang harus kita kembangkan. Mereka harus bisa menjadi tuan di tanah mereka sendiri, siap menghadapi tantangan global, namun tetap berpegang pada nilai-nilai lokal yang mengakar,” jelas Reza.
Lebih lanjut, Reza menekankan bahwa pendekatan pembangunan pendidikan di Kalteng harus mencerminkan nilai-nilai toleransi, kasih sayang, dan religiusitas. Ia berharap agar pendidikan tidak hanya mempersiapkan generasi muda untuk kompetisi global, tetapi juga untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai kearifan lokal.
“Kami ingin menciptakan lingkungan pendidikan yang inklusif, yang merangkul semua pihak, dan membentuk individu yang siap membawa Kalteng menuju kemajuan tanpa menghilangkan identitas budaya daerah,” tambahnya.
Reza juga menegaskan bahwa semangat nasionalisme Indonesia Raya harus tumbuh dari akar budaya yang ada di desa, sekolah, dan pusat-pusat kebudayaan.
“Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Ini adalah prinsip yang harus kita hidupkan dalam setiap langkah pembangunan di bidang pendidikan dan pariwisata,” tutupnya. (ifa/abe)