Feature

Dari Hobi Menjadi Rezeki Iduladha

414
×

Dari Hobi Menjadi Rezeki Iduladha

Sebarkan artikel ini
JUAL GOLOK : Mang Iin, pedagang golok di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur. APRI/PE

Cerita Mang Iin, Pedagang Golok di Kota Sampit

Di salah satu sudut pasar tradisional Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, suara logam saling beradu terdengar dari lapak kecil sederhana. Di balik meja kayu penuh golok berbagai ukuran dan bentuk, duduklah Mang Iin, sosok yang tak asing bagi para pelanggan setianya, terutama menjelang hari raya kurban atau Iduladha.

APRI, Sampit

DI tengah hiruk-pikuk persiapan Iduladha 1446 Hijriah, ada satu sosok yang diam-diam turut meraup berkah dari momen ini. Dialah Mang Iin, warga asli Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, yang sudah lima tahun menggeluti dunia perniagaan golok. Bagi Mang Iin, Iduladha bukan sekadar perayaan keagamaan, tapi juga musim panen rezeki.

Mengingat di momen Iduladha, seluruh umat Islam di dunia, tak terkecuali di Sampit, selalu memanfaatkan kesempatan untuk berkurban. Nah, pada saat berkurban itulah, dibutuhkan banyak senjata tajam seperti golok untuk potong hewan kurban. Kesempatan itulah yang membawa berkah lebih bagi Mang Iin di setiap Iduladha tiba.

“Alhamdulillah, penjualan golok selama Iduladha ini meningkat pesat. Bisa sampai 90 persen dari hari-hari biasa,” kata Mang Iin sambil menata deretan golok yang tertata rapi di lapaknya.

Mang Iin menawarkan beragam jenis golok, dengan harga bervariasi. Mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 2 juta. Golok kelas atas yang dijualnya bahkan berasal dari luar negeri, seperti Jerman dan Italia.

“Yang harganya mahal itu biasanya golok pabrikan dari luar negeri. Tapi yang harga sedang dan murah, ada yang buatan tangan sendiri dan juga produk lokal dari luar daerah,” akuinya.

Berjualan golok bukan hanya soal mencari nafkah bagi Mang Iin. Tapi juga bagian dari hobi yang sudah mendarah daging. “Saya suka golok dari dulu. Jadi usaha ini sekaligus menyalurkan hobi. Walaupun ada dukanya juga. Apalagi kalau sampai terluka saat mengasah atau merapikan golok,” ungkapnya.

Meski begitu, Mang Iin tak hanya menggantungkan hidupnya dari jualan golok saja. Ia juga merambah ke penjualan produk herbal dan barang lainnya demi menambah pemasukan. Namun, jelas terlihat bahwa golok tetap menjadi jantung dari usaha kecilnya.

Kisah Mang Iin menggambarkan bagaimana tradisi, kegigihan, dan kecintaan terhadap profesi dapat berjalan berdampingan. Di balik tajamnya bilah golok yang dijualnya, ada ketekunan dan semangat seorang warga lokal yang terus menempa nasib dari hobi yang ia cintai. (pri/ens)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *