Semangat Ortu dan Anak-anak di Tahun Ajaran Baru
Pagi itu, lorong-lorong Pasar Berdikari di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, sudah dipadati pengunjung. Suara tawa anak-anak bersemangat memilih seragam baru berpadu riuh pedagang yang sibuk melayani pembeli. Bau kain baru bercampur aroma jajanan pasar menciptakan suasana khas yang selalu hadir menjelang tahun ajaran baru.
APRI, Sampit
BAGI Siti (42), warga Baamang, momen ini menjadi rutinitas tahunan yang selalu ia tunggu bersama kedua anaknya. Tahun ini, anak sulungnya masuk sekolah menengah pertama (SMP). Sementara si bungsu mulai duduk di bangku sekolah dasar (SD).
“Datang pagi-pagi supaya dapat ukuran yang pas. Harga memang naik sedikit. Tapi itu sudah biasa. Yang penting anak-anak senang, seragamnya nyaman, semangat sekolahnya juga baru,” kata Siti, Senin (14/7/2025).
Tidak hanya Siti, banyak orang tua (ortu) lain terlihat rela antre, memegang kertas daftar ukuran seragam sambil sesekali mengukur anak mereka di depan cermin kecil yang disediakan toko.
Menurut Yuda, pelaku usaha perlengkapan sekolah yang telah berjualan di Pasar Berdikari selama belasan tahun, lonjakan pembeli tahun ini cukup signifikan. Bahkan omzetnya naik hingga tujuh kali lipat dibanding hari biasa.
“Kalau hari biasa, paling 50 lembar seragam terjual. Tapi sekarang bisa 200 lembar lebih setiap hari. Omzetnya bisa sampai puluhan juta rupiah,” kata Yuda, Senin (14/7/2025).
Yuda menambahkan, pembeli tidak hanya datang dari Kota Sampit saja. Ada yang berasal dari luar daerah seperti Pangkalan Bun dan Seruyan. Menurutnya, kepercayaan pelanggan terhadap kualitas produk lokal menjadi alasan utama mereka bersedia menempuh perjalanan jauh.
Selain seragam utama, perlengkapan lain seperti topi, dasi, hingga seragam profesi anak-anak untuk karnaval juga ikut diburu. Harga pun sedikit mengalami penyesuaian. Seragam putri kini dijual mulai Rp 165 ribu hingga Rp 185 ribu. Sedangkan seragam putra Rp 175 ribu hingga Rp 195 ribu per set.
Namun kenaikan harga ini tidak menyurutkan minat para orang tua. “Menurut saya masih wajar. Apalagi ini kebutuhan penting buat anak sekolah,” akui Siti lagi.
Fenomena ini menjadi bukti bahwa tahun ajaran baru bukan sekadar pergantian kalender pendidikan. Ia membawa semangat baru, harapan baru, dan bagi para pedagang seperti Yuda, juga rezeki yang datang dari tangan-tangan kecil yang antusias menyongsong hari pertama sekolah mereka. (pri/ens)