PALANGKA RAYA – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Palangka Raya, Khemal Nasery, mengapresiasi kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Tengah (Kalteng) yang menggelar hiburan malam bertajuk Car Free Night (CFN) di kawasan Bundaran Besar Kota Palangka Raya, beberapa waktu lalu.
Meski mengakui kegiatan tersebut memberikan hiburan gratis dan menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat, namun Khemal tidak menutup mata terhadap sejumlah persoalan yang muncul akibat kegiatan tersebut.
Khemal menggarisbawahi, CFN merupakan program Pemprov Kalteng dan bukan tanggung jawab penuh Pemerintah Kota (Pemko) Palangka Raya. Oleh karena itu, ia menilai tidak adil jika kebersihan pascakegiatan justru dibebankan kepada pasukan kebersihan pemerintah kota.
“Saya berterima kasih kepada pemprov karena memberikan suguhan hiburan gratis. Tapi saya ingatkan juga bahwa setelah kegiatan, kawasan bundaran dan Jalan Yos Sudarso itu harus dibersihkan. Jangan sampai petugas kebersihan dari Kota Palangka Raya yang harus kerja ekstra. Padahal itu bukan kegiatan mereka. Pemprov harus komitmen, pasukannya harus diturunkan, jangan setengah hati,” tegas Khemal kepada Palangka Ekspres, Rabu (16/7/2025).
Politikus Partai Golkar ini juga menyampaikan keluhan yang datang dari petugas kebersihan kota yang setiap pagi mendapati kawasan tersebut kotor dan penuh sampah sisa acara. Bahkan ia menyebut, ada masyarakat yang buang air besar sembarangan di kursi taman, yang menunjukkan minimnya fasilitas pendukung dari panitia acara.
“Saya minta pemprov siapkan tempat sampah lebih banyak dan toilet berjalan. Jangan sampai masyarakat kesulitan buang hajat karena fasilitas tidak disediakan. Ini bukan acara kecil-kecilan, tapi kegiatan yang menyedot massa, harus dipersiapkan dengan baik,” ucapnya.
Khemal juga menyoroti ketimpangan dalam pelaksanaan CFN yang menurutnya terlalu terpusat di satu titik, yakni Bundaran Besar. Hal ini berdampak buruk terhadap pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang berjualan di kawasan lain, khususnya di ujung Jalan Yos Sudarso yang dikenal sebagai pusat kuliner malam.
“Pedagang-pedagang di ujung Jalan Yos Sudarso itu mengeluh, karena kegiatan difokuskan di bundaran saja. Akhirnya pengunjung menurun drastic. Banyak kontainer tutup, dan pedagang tidak mampu bayar retribusi. Pemerintah harus adil. Jangan hanya satu titik saja yang dibesarkan,” tegasnya.
Tidak berhenti di situ, Khemal juga mengingatkan soal pentingnya pengawasan terhadap makanan yang dijual di area CFN. Menurutnya, pemerintah harus tegas dalam menjamin keamanan pangan. Mengingat makanan yang tidak sehat berpotensi memicu berbagai penyakit.
“Makanan yang dijual di sana harus sehat. Jangan ada yang mengandung bahan berbahaya. Jangan sampai orang datang untuk senang-senang, tapi pulangnya malah sakit karena makanannya bermasalah. Pemerintah harus ambil tindakan. Jangan membiarkan makanan tidak layak beredar bebas,” ujarnya.
Dengan berbagai catatan tersebut, Khemal mendesak Gubernur Agustiar Sabran dan dinas terkait, khususnya Dinas Lingkungan Hidup dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kalteng, untuk lebih aktif dan bertanggung jawab dalam menyukseskan kegiatan ini secara menyeluruh. Ia menilai program yang bersifat menghibur masyarakat harus pula diiringi dengan manajemen yang serius dan profesional.
“Saya minta gubernur perintahkan langsung dinas-dinas terkait untuk turun tangan. Jangan hanya buat acara, tapi tak siapkan infrastruktur pendukungnya. Kebersihan, ketertiban, kesehatan masyarakat itu semua harus jadi perhatian,” tegasnya.
Khemal menyarankan agar ke depan CFN bisa ditata lebih baik, merata, dan inklusif. Selain sebagai hiburan, kegiatan ini harus bisa menjadi penggerak ekonomi lokal, bukan justru mematikan UMKM lain yang tidak kebagian lokasi strategis.
“CFN ini bagus. Tapi jangan hanya jadi tontonan. Harus bisa menghidupkan ekonomi masyarakat secara luas. Pemerintah harus berpikir jangka panjang, bukan hanya soal keramaian, tapi dampaknya pada ekonomi, lingkungan, dan kesehatan masyarakat,” pungkasnya. (ifa/ens)