Isen MulangKalimantan Tengah

Petani Desa Terusan Makmur Keluhkan Tengkulak

14
×

Petani Desa Terusan Makmur Keluhkan Tengkulak

Sebarkan artikel ini
SAMBUTAN: Wagub Kalteng, Edy Pratowo saat menyampaikan sambutan, Selasa (15/7/2025).Foto: IST

PALANGKA RAYA – Petani di Desa Terusan Makmur, Kecamatan Bataguh, Kabupaten Kapuas mengungkapkan, keresahan mereka terhadap praktik pinjaman modal oleh pihak ketiga yang selama ini dikenal dengan sebutan tengkulak atau pengijon. Praktik ini dinilai merugikan petani, karena menempatkan mereka dalam posisi yang sulit secara ekonomi, terutama saat musim panen tiba.

Para petani terpaksa menerima pinjaman dalam bentuk bibit, pupuk dan kebutuhan pertanian lainnya dari para tengkulak. Sebagai kompensasi, para petani diwajibkan menjual hasil panen mereka kepada pemberi modal tersebut dengan harga yang sudah ditentukan sepihak, di bawah harga pasar yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

“Soal tengkulak, ini sebuah anomali juga bagi kita,” ucap Wakil Gubernur Kalimantan Tengah (Kalteng), Edy Pratowo saat dimintai keterangan mengenai kondisi tersebut, Selasa (15/7/2025).

Pemerintah sudah menetapkan harga gabah sebesar Rp 6.500 perkilogram, tetapi di tingkat bawah, para petani justru menjualnya di kisaran Rp 6.200 hingga Rp 6.300. 

“Ternyata, selisih harga itu adalah bagian dari sistem ijon, karena mereka sebelumnya dimodali oleh pengijon,” jelasnya.

Edy menjelaskan, para petani tidak secara spesifik menyebut pihak mana yang memberi pinjaman. Namun, yang jelas, ada peran pihak ketiga yang memberikan modal di awal masa tanam, lalu mengikat hasil panen untuk dibeli kembali dengan harga rendah.

“Modelnya seperti ini, mereka diberi benih, diberi pupuk, lalu saat panen dihitung hasilnya dan petani wajib menjual dengan harga yang sudah ditentukan, yakni Rp 6.200 per kilogram. Ini tentu merugikan petani karena harga itu berada di bawah standar yang sudah ditetapkan oleh pemerintah,” terangnya.

Edy mengungkapkan, untuk persoalan ini, Gubernur, Agustiar Sabran telah menegaskan komitmen Pemerintah Provinsi (Pemprov) untuk mencari solusi jangka panjang dan berkelanjutan. 

Salah satu langkah konkret yang tengah diupayakan adalah mendorong kehadiran lembaga perbankan, khususnya Bank Kalteng, untuk masuk ke segmen pertanian desa.

“Gubernur sudah meminta agar perbankan, dalam hal ini Bank Kalteng, bisa hadir secara langsung di tengah-tengah petani di wilayah seperti Desa Terusan Makmur. Tujuannya adalah untuk memberikan akses pembiayaan yang lebih adil dan ringan bagi petani, tanpa harus bergantung pada tengkulak,” imbuhnya.

Menurut Edy, Pemprov Kalteng mendorong Bank Kalteng agar membuka layanan simpan pinjam yang menjangkau petani secara langsung. Dengan begitu, kebutuhan petani akan benih, pupuk, hingga obat-obatan pertanian bisa dipenuhi tanpa harus terjebak dalam sistem ijon.

“Melalui sistem simpan pinjam, petani bisa mendapatkan akses pembiayaan yang resmi, dengan bunga ringan dan mekanisme pembayaran yang lebih manusiawi. Ini akan sangat membantu mereka dalam meningkatkan produktivitas dan menjaga stabilitas ekonomi rumah tangga petani,” ucapnya. (ifa/abe)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *