PALANGKA RAYA – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Tengah (Kalteng) melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) kembali menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Pencegahan Kekerasan terhadap Anak dan Perkawinan Usia Anak di SMAN 3 Palangka Raya dan diikuti 75 pelajar, Kamis (31/7/2025).
Sosialisasi ini, bertujuan untuk meningkatkan pemahaman serta kemampuan pelajar dalam mendeteksi dan mencegah kekerasan terhadap anak serta perkawinan usia dini.
Kepala Dinas P3APPKB Provinsi Kalteng, Linae Victoria Aden, hadir membuka kegiatan dan menekankan pentingnya perlindungan anak sebagai bagian dari investasi pembangunan jangka panjang.
“Anak-anak adalah generasi penerus yang harus kita persiapkan dengan baik agar menjadi insan yang tangguh, berkualitas dan berdaya saing. Mereka juga kelompok rentan yang membutuhkan perhatian khusus agar tidak menjadi korban kekerasan atau perkawinan usia dini,” ungkapnya.
Linae menambahkan bahwa tingginya angka kekerasan terhadap anak serta masih maraknya kasus perkawinan usia dini perlu menjadi perhatian bersama.
Ia menekankan, bahwa perlindungan anak tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah, melainkan harus melibatkan seluruh elemen, termasuk guru, sekolahbdan pelajar itu sendiri.
“Pelajar dapat menjadi agen perubahan yang mampu mendeteksi secara dini serta memberikan dukungan kepada teman sebaya yang mengalami kekerasan atau berisiko masuk ke dalam perkawinan usia anak,” tambahnya.
Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber diantaranya, Alogo Ocktavianus Karuban Parasian dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Kalteng, yang memaparkan dampak kesehatan dan psikologis akibat perkawinan usia anak.
Erwin Boban dari Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Kalteng, yang menjelaskan aspek hukum serta upaya penegakan hukum dalam kasus kekerasan terhadap anak.
Ari Pamungkas, psikolog dari HIMPSI Kalteng yang memberikan edukasi tentang pentingnya peran teman sebaya dalam upaya pencegahan kekerasan.
“Teman sebaya memiliki peran penting, karena sering kali korban lebih nyaman berbagi cerita kepada teman dibandingkan kepada orang dewasa. Edukasi ini akan membantu pelajar menjadi lebih peka dan responsif,” jelas Ari Pamungkas.
Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan para pelajar mampu menjadi pelopor dalam menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung bagi anak-anak serta remaja, khususnya dalam mencegah kekerasan dan praktik perkawinan usia dini. (ifa/abe)