FeaturePendidikan

Saat PLN Padam, Sinar Pendidikan Tetap Menyala

127
×

Saat PLN Padam, Sinar Pendidikan Tetap Menyala

Sebarkan artikel ini
SIMULASI ANBK : Para siswa SMAN 2 Gunung Timang saat simulasi Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK), Senin (4/8/2025).FOTO HUMAS DISDIK UNTUK PE

Ketika SMAN 2 Gunung Timang Tak Lagi Waswas saat ANBK

Di desa kecil yang dikelilingi hutan dan perbukitan Kecamatan Gunung Timang, Kabupaten Barito Utara, Senin (4/8/2025) yang mendung itu sempat membuat degup jantung para guru dan siswa di SMA Negeri 2 Gunung Timang berdetak lebih cepat dari biasanya. Namun beberapa menit kemudian, perasaan tenang karena kekhawatiran akan padamnya listrik tak lagi mengganggu.

HUJAN deras sejak malam sebelumnya merobohkan tiang listrik dan memadamkan aliran daya ke seluruh kawasan. Termasuk di wilayah Kecamatan Gunung Timang. Bagi sekolah terpencil, pemadaman listrik seperti ini bukan hal baru. Namun dampaknya selalu besar. Terutama saat agenda penting seperti Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) tengah berlangsung.

Namun pagi itu berbeda. Tak ada kegaduhan, dan tak ada kepanikan. Di balik bangunan sekolah sederhana itu, listrik tetap menyala, koneksi internet stabil, dan siswa-siswi tetap fokus di depan layar komputer. Suasana ini tak lazim, tapi penuh harap. Harapan yang bersinar dari panel surya di atap sekolah dan mengalir melalui koneksi starlink di langit.

“Alhamdulillah, meski listrik mati sejak pagi, ANBK tetap berjalan lancar hingga sesi kedua,” kata Kepala SMAN 2 Gunung Timang Eri Simamora dengan senyum penuh kelegaan.

Suaranya menyiratkan rasa syukur yang dalam bukan hanya karena ujian berjalan lancar, tapi karena sekolahnya telah melewati satu fase penting dalam transformasi pendidikan di daerah tertinggal.

Bagi Eri, bantuan dari Gubernur Kalteng Agustiar Sabran, bukan sekadar hibah teknologi. Itu adalah penyambung harapan bagi anak-anak di desa.

Selama ini, listrik padam berarti kegiatan belajar terhenti, sinyal hilang, dan ketertinggalan kian terasa. Tapi kini, mereka bisa berdiri sejajar.

“Dulu, kalau mati listrik, kami hanya bisa pasrah. Anak-anak kecewa, guru bingung. Tapi tahun ini semua berubah. Sekolah kami tak lagi takut gelap,” kata Eri mengenang masa lalu yang tak mudah.

Panel surya kini menjadi penyokong utama listrik saat PLN padam. Starlink, dengan koneksi satelitnya, membawa internet yang tak pernah bisa diandalkan sebelumnya. Kini, guru-guru yang sedang mengikuti Pendidikan Profesi Guru (PPG) pun tak harus lagi pergi ke kota demi koneksi stabil. “Cukup di sekolah. Hemat waktu, tenaga, dan sangat membantu kami di sini,” tambahnya.

Dampak bantuan ini menjalar lebih jauh dari dinding sekolah. Beberapa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di desa sekitar kini bisa ikut melaksanakan ANBK secara online dengan menumpang fasilitas yang ada di SMAN 2 Gunung Timang.

“Dulu mereka cuma bisa ujian manual karena sinyal tak pernah mendukung. Tapi sekarang, sekolah kami jadi pusat harapan. Kami berbagi fasilitas, berbagi kemajuan,” ucap Eri bangga.

Di tengah keterbatasan infrastruktur dan akses, teknologi memang bisa menjadi game changer. Tapi lebih dari itu, kisah ini adalah tentang perhatian. Tentang bagaimana pemerintah hadir di tempat yang jauh dari sorotan. Tentang seorang pemimpin yang melihat pelosok bukan sebagai beban, tapi sebagai bagian penting dari masa depan.

“Terima kasih pak gubernur, terima kasih pak kadisdik. Bantuan ini bukan hanya soal alat, tapi tentang bagaimana kami di daerah merasa tidak dilupakan,” ungkap Eri.

Kini, panel surya dan antena starlink tak hanya menghiasi langit-langit sekolah. Mereka menjadi simbol harapan baru. Harapan bahwa pendidikan berkualitas bukan monopoli kota besar. Harapan bahwa anak-anak pelosok bisa belajar tanpa hambatan, bermimpi setinggi langit, dan punya kesempatan yang sama untuk masa depan.

“Walaupun di pelosok desa, sekarang serasa sekolah di kota. Anak-anak belajar dengan tenang, guru mengajar tanpa hambatan. Ini semua karena kepedulian nyata,” tutup Eri.

SMA Negeri 2 Gunung Timang telah membuktikan keterbatasan geografis tak lagi jadi penghalang jika ada tekad, teknologi, dan tangan yang mau membantu. Di tengah mati listrik dan terpaan hujan, mereka tetap bersinar karena ketika sinar PLN padam, cahaya dari harapan tetap menyala. (ifa/ens)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *