PALANGKA RAYA – Status Siaga Darurat Bencana Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di Kalimantan Tengah (Kalteng) tak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga menguji keseriusan sektor swasta dalam menjaga lingkungan.
Dinas Perkebunan (Disbun) Kalteng menegaskan, seluruh perusahaan besar swasta (PBS) kelapa sawit harus berada di garis depan penanggulangan karhutla.
Kepala Disbun Kalteng, Rizky Ramadhani Badjuri, menyatakan bahwa perusahaan tidak boleh bersikap pasif selama masa siaga darurat yang berlaku dari 29 Juli hingga 20 Oktober 2025, sebagaimana tertuang dalam Keputusan Gubernur Kalteng Nomor 188.44/288/2025.
“Perusahaan sawit punya tanggung jawab langsung terhadap wilayah operasionalnya. Mereka harus siap, aktif, dan berkoordinasi dalam setiap upaya pengendalian karhutla,” ujarnya, Jumat (8/8/2025).
Instruksi utama yang disampaikan Disbun adalah pengaktifan kembali Brigade Kebakaran Lahan dan Kebun (KARLANBUN) serta Kelompok Tani Peduli Api (KTPA) yang selama ini dibina oleh perusahaan. Regu-regu ini dinilai menjadi ujung tombak pengawasan dan penanganan dini kebakaran.
Disbun juga meminta perusahaan melakukan patroli rutin di area konsesi dan sekitarnya serta menyiapkan seluruh sarana dan prasarana pemadam, termasuk logistik pendukung.
“Jangan hanya siap di atas kertas. Semua harus bisa diaktifkan kapan pun dibutuhkan,” kata Rizky.
Selain kesiapan internal, Disbun mendorong PBS untuk aktif menjalin koordinasi dengan dinas perkebunan kabupaten/kota. Langkah ini dianggap penting untuk mempercepat respons dan pencegahan, terutama di titik-titik rawan api yang telah teridentifikasi.
Menurut Rizky, peran sektor swasta kini tak bisa lagi sebatas pemilik izin usaha.
“Kita semua punya peran dalam menjaga Kalteng dari bencana kabut asap,” katanya.
Sebagai bagian dari sistem pengawasan, seluruh PBS wajib menyampaikan laporan berkala terkait kesiapan personel, peralatan, hingga kegiatan pencegahan karhutla. Disbun akan mengevaluasi laporan tersebut bersama instansi di tingkat kabupaten atau kota.
Dengan musim kemarau yang diprediksi terus berlanjut, Rizky mengingatkan agar perusahaan tidak lengah.
“Langkah cepat, terukur, dan terkoordinasi menjadi kunci. Jangan tunggu api membesar,” tutupnya. (ifa/abe)