Feature

Melayani Pesanan dari Papua hingga Malaysia dan Afrika

100
×

Melayani Pesanan dari Papua hingga Malaysia dan Afrika

Sebarkan artikel ini
JUAL MINYAK URUT : Abah Rahmat sedang melayani pembeli minyak urut untuk dikirim ke Sulawesi di gerbang masuk selatan Pasar Kahayan, Kota Palangka Raya, Senin (11/8/2025). FOTO IFA/PE

Abah Rahmat, Penjaga Warisan Ramuan Leluhur Dayak

Di sudut selatan Pasar Kahayan, Kota Palangka Raya, tepat pada gerbang masuk, ada lapak sederhana yang mencuri perhatian. Di antara hiruk-pikuk pasar tradisional yang menjajakan berbagai kebutuhan harian, lapak ini tampil unik. Tidak menjual sembako, pakaian, atau makanan cepat saji. Tapi aneka ramuan, sebagai jalan alternatif pengobatan leluhur khas Dayak.

SITI NUR MARIFA, Palangka Raya

PEMILIKNYA adalah Abah Rahmat. Pria 42 tahun itu telah menjadi penjaga tradisi pengobatan turun-temurun sejak tahun 2019. “Sebelum ada Pasar Kahayan, kami sudah memproduksi ini. Ini warisan dari nenek istri saya. Sudah turun-temurun. Tapi baru punya lapak tetap sejak 2019,” ujar Abah Rahmat sambil menata botol-botol kecil berisi minyak urut dan kantong-kantong plastik berisi potongan akar kayu, Senin (11/8/2025).

Ramuan yang dijual Abah Rahmat bukan sembarang jamu. Ia menyebutnya sebagai warisan leluhur Dayak. Diracik dari akar, daun, dan kulit kayu yang hanya tumbuh di hutan-hutan Kalimantan Tengah. Semua produknya ia racik sendiri. Mulai dari pembersihan, pemotongan, pengeringan, hingga pengemasan. “Kecuali pupur basah. Itu titipan dari orang lain. Selebihnya saya yang produksi langsung di sini,” ungkapnya.

Beberapa jenis herbal yang tersedia di lapaknya antara lain bajakah, bawang lemba, pasak bumi, akar kayu raja Banalo, halalang, bawang Dayak, kumis kucing, timung khas Kalteng, kaca beling, akar tabat Barito, serta produk perawatan seperti lulur cengkarok madu. Harga yang ditawarkan bervariasi. Mulai dari Rp 25.000 hingga Rp100.000. Tergantung jenis dan ukurannya.

Namun dari sekian banyak, produk andalan yang paling banyak dicari adalah minyak urut Dayak. “Minyak urut ini dipercaya membantu mengobati sakit pinggang, asam urat, saraf terjepit, bahkan stroke. Itu yang paling laris. Hampir setiap hari ada yang beli,” kata Abah Rahmat sambil memperlihatkan botol kecil berisi minyak berwarna kekuningan dengan aroma khas.

Meski lapaknya berada di pasar lokal, jangkauan penjualan Abah Rahmat sudah menembus berbagai wilayah di Indonesia . Bahkan hingga mancanegara. Produk-produknya telah dikirim ke Medan, Sulawesi, Papua, dan daerah-daerah lain. Bahkan, bawang Dayak dalam bentuk celup pernah dikirim ke Afrika. Sementara bajakah tempala celup sampai ke Malaysia.

Namun semua keberhasilan ini tidak terlepas dari tantangan besar yang dihadapi. Terutama dalam hal ketersediaan bahan baku. “Kalau musim kemarau begini, susah cari bahan. Bisa dua bulan baru bisa produksi lagi,” ujar Abah menjelaskan kesulitan mencari tampala super, salah satu bahan herbal yang langka.

Tampala super, menurut dia, sangat berkhasiat untuk asam lambung, komplikasi, dan tekanan darah tinggi (tensi).

Cara pemakaiannya pun cukup sederhana. Hanya dengan menyeduh 9 potong tampala untuk pengobatan, atau 2 potong saja untuk menjaga kesehatan. “Kalau kemarau panjang, sungai dan hutan kering, bahan-bahan nggak bisa dicari. Jadi harga bisa naik karena bahan makin sulit didapat,” akuinya.

Setiap hari, sejak pukul 07.00 pagi hingga 17.00 WIB, Abah Rahmat setia menunggu pembeli. Ia tidak hanya berjualan, tetapi juga menjadi narasumber bagi mereka yang penasaran tentang manfaat dan cara pakai ramuan-ramuan herbal Dayak. Dengan sabar ia menjelaskan fungsi tiap ramuan, serta memberi panduan penggunaannya sesuai kebutuhan.

Namun, momen yang paling ditunggu-tunggu adalah saat hari besar keagamaan dan liburan nasional, seperti Natal, Lebaran, dan Tahun Baru. “Ramai kalau hari besar. Banyak yang beli buat oleh-oleh ke kampung, dibawa sebagai buah tangan untuk keluarga. Omzet bisa sampai dua juta sehari,” ungkapnya sambil tersenyum.

Apa yang dilakukan Abah Rahmat lebih dari sekadar berdagang. Ia sedang menjaga identitas budaya Dayak di tengah arus modernisasi yang semakin deras. Di saat masyarakat urban mulai melirik kembali gaya hidup sehat dan kembali ke alam, produk-produk seperti milik Abah Rahmat menjadi relevan dan dicari.

Namun ia berharap, dukungan terhadap pelaku usaha tradisional seperti dirinya bisa lebih diperhatikan. “Kami butuh akses ke bahan baku, pelatihan, dan pemasaran yang lebih luas. Supaya tidak hanya dikenal di sini saja, tapi juga bisa jadi andalan Kalimantan Tengah di mata dunia,” katanya menutup perbincangan.

Bagi masyarakat yang ingin mencoba ramuan herbal khas Dayak dari Kalimantan Tengah, bisa datang langsung ke lapak Abah Rahmat di pintu gerbang selatan Pasar Kahayan, Jalan Mendawai, Palangka Raya. Atau bisa juga menghubungi langsung via WhatsApp: +62 831-4227-3326. (ifa/ens)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *