Isen MulangKalimantan Tengah

Peringati HTBS, Jutaan Orang Derita TBC

62
×

Peringati HTBS, Jutaan Orang Derita TBC

Sebarkan artikel ini
Peringati HTBS, Jutaan Orang Derita TBC
TEMU KADER: Kadis Kesehatan Provinsi Kalteng, Suyuti Syamsul saat memberikan arahan pada kegiatan Temu Kader TBC, Senin (14/4). (Foto: IST/PE)
PALANGKA RAYA – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Suyuti Syamsul membuka secara resmi kegiatan Temu Kader Tuberkulosis dalam rangka memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) Tingkat Provinsi Kalteng, Senin (14/4).
Suyuti menyampaikan, bahwa Tuberkulosis (TBC) masih menjadi tantangan besar dalam sektor kesehatan masyarakat di Indonesia. Setiap tahun, diperkirakan lebih dari satu juta orang di Indonesia menderita TBC dan sekitar 140 ribu jiwa meninggal dunia akibat penyakit ini.
“Artinya, setiap jam kita kehilangan 14 orang karena penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dan disembuhkan ini,” ujarnya.
Suyuti menambahkan, meskipun tren capaian penemuan kasus dan pemberian Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) di Kalteng telah meningkat, namun masih berada di bawah target nasional. Hal ini menunjukkan bahwa upaya pengendalian TBC perlu terus diperkuat, terutama di tingkat komunitas.
Hari TBC Sedunia yang diperingati setiap tanggal 24 Maret merupakan momentum penting untuk meningkatkan kesadaran global mengenai bahaya TBC dan menggalang dukungan lintas sektor guna mengakhiri epidemi ini. Tahun ini, tema nasional HTBS adalah “GIATKAN: Gerakan Indonesia Akhiri TBC dengan Komitmen dan Aksi Nyata”. Tema ini mengandung pesan bahwa eliminasi TBC membutuhkan kerja bersama, investasi berkelanjutan, serta aksi nyata hingga ke tingkat masyarakat.
Tiga subtema yang diusung semuanya berfokus pada pentingnya peran komunitas, khususnya kader TBC, sebagai ujung tombak pelaksanaan program di lapangan.
“Dalam buku panduan Kader TBC Kementerian Kesehatan, kader memiliki peran strategis, mulai dari menjaring terduga, memberikan edukasi kepada masyarakat, mendampingi pasien selama pengobatan, hingga memfasilitasi investigasi kontak dan pelaporan. Peran ini harus didukung secara nyata, tidak hanya oleh sektor kesehatan, tetapi juga lintas sektor, agar kader dapat bekerja secara optimal dan berkelanjutan,” terang Suyuti.
Ia menegaskan, kegiatan ini sangat penting sebagai sarana untuk penguatan kapasitas kader, pembaruan informasi, dan wadah pertukaran pengalaman. Kegiatan ini juga menjadi forum untuk mengidentifikasi tantangan di lapangan dan menyusun langkah tindak lanjut yang lebih sinergis.
“Dengan kolaborasi yang kuat antara kader, tenaga kesehatan, dan pemerintah daerah, kita dapat memperluas cakupan skrining, meningkatkan keberhasilan pengobatan, serta mengurangi stigma terhadap penderita TBC di masyarakat,” jelasnya.
Mengakhiri sambutannya, Suyuti mengajak semua pihak menjadikan momentum ini sebagai titik tolak untuk memperkuat komitmen dan kerja sama dalam upaya penanggulangan TBC.
“Dengan demikian, kita dapat mencapai target yang telah ditetapkan dan mewujudkan Indonesia bebas TBC pada tahun 2050 serta percepatan eliminasi TBC pada tahun 2030,” tutupnya. (ifa/)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *