PALANGKA RAYA – Dalam rangka memperingati Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK ke-53 tahun 2025, Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) menggelar kegiatan Pemanfaatan Pekarangan Melalui Aku Hatinya PKK di halaman Gedung TP PKK, Rabu (23/4).
Kegiatan ini sekaligus penyerahan secara simbolis sebanyak 2.000 bibit tanaman cabai kepada tujuh kelompok tani.
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya TP PKK Kalteng untuk menggerakkan peran serta masyarakat, khususnya kaum ibu, dalam memanfaatkan lahan pekarangan rumah sebagai sumber pangan keluarga yang sehat dan berkelanjutan.
Melalui program ini, TP PKK ingin mendorong tumbuhnya kesadaran kolektif akan pentingnya kemandirian pangan rumah tangga, peningkatan gizi, serta kepedulian terhadap lingkungan hidup.
Ketua TP PKK Kalteng, Aisyah Thisia Agustiar Sabran menegaskan bahwa pekarangan rumah bukanlah sekadar tanah kosong yang terbengkalai, melainkan aset strategis yang dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk berbagai kebutuhan keluarga.
“Pekarangan rumah adalah sumber daya yang sangat berharga. Ia bisa menjadi tempat tumbuhnya tanaman sayur, buah, dan obat keluarga yang tidak hanya memenuhi kebutuhan gizi, tetapi juga bisa menunjang kesehatan, menambah pendapatan rumah tangga, dan memberi kebahagiaan bagi keluarga,” ujar Aisyah.
Aisyah menyampaikan bahwa di tengah tantangan global seperti ketahanan pangan dan perubahan iklim, upaya memanfaatkan lahan pekarangan untuk tanaman produktif merupakan langkah nyata yang harus terus didorong.
“Aku Hatinya PKK” adalah salah satu implementasi dari sepuluh program pokok PKK yang secara konsisten mengedepankan kesejahteraan keluarga sebagai pondasi pembangunan nasional.
“Dengan menanam di pekarangan, kita turut berkontribusi menghemat pengeluaran rumah tangga, mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan dari luar, sekaligus mengurangi limbah plastik dari belanja kemasan,” imbuhnya.
Dia juga mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk kader PKK, tokoh masyarakat, dan pemuda, untuk aktif mengelola pekarangan masing-masing. Pekarangan yang dikelola dengan baik bisa menjadi dapur hidup yang menjamin ketersediaan pangan sehat, apotek keluarga dengan tanaman herbal seperti jahe, kunyit, dan sereh, bahkan menjadi sumber penghasilan tambahan melalui penjualan hasil panen yang berlebih.
Lebih lanjut, Aisyah mendorong kreativitas dan inovasi dalam pengembangan pekarangan, termasuk dengan mengadopsi teknik vertikultur untuk lahan sempit serta memanfaatkan limbah rumah tangga menjadi pupuk kompos atau media tanam.
“Solusi nyata bisa kita ciptakan melalui edukasi, inovasi, dan kolaborasi. Edukasi misalnya, bisa dilakukan melalui sosialisasi teknik bertanam sederhana seperti hidroponik atau komposting. Inovasi bisa muncul dari pemanfaatan limbah organik. Sementara kolaborasi bisa dijalin bersama Dinas Pertanian, swasta atau komunitas untuk penyediaan bibit, pelatihan dan pendampingan,” tutupnya. (ifa/abe)