Feature

Menguasai 7 Bahasa Asing, Pernah Berkunjung ke Indonesia

189
×

Menguasai 7 Bahasa Asing, Pernah Berkunjung ke Indonesia

Sebarkan artikel ini
Menguasai 7 Bahasa Asing,Pernah Berkunjung ke Indonesia
PERNAH KE INDONESIA : Robert Francis Prevost saat berkunjung ke Indonesia dan foto bersama biarawati di Jakarta tahun 2003.FOTO ISTIMEWAH

Kardinal Robert Francis Prevost, Paus Baru Pengganti Fransiskus (2)

Nama lengkapnya Robert Francis Prevost. Lahir pada 14 September 1955 di Chicago, Illinois, dari keluarga berdarah Prancis, Italia, dan Spanyol. Ia bergabung dengan Ordo Santo Agustinus pada 1977 dan ditahbiskan sebagai imam pada 1982, menandai awal pelayanannya dalam kehidupan religius dan pastoral.

PADA tahun 1955, Prevost meraih gelar dari Universitas Villanova di Pennsylvania, Persatuan Teologi Katolik di Chicago, dan Universitas Kepausan St. Thomas Aquinas di Roma.

Prevost bergabung dengan misi Agustinian di Peru pada tahun 1985, menjadi bagian dari ordo religius yang diilhami oleh Santo Agustinus yang berupaya menemukan keseimbangan antara “cinta dan studi ilmilah.”

Para biarawan Agustinian menjalani kehidupan semi-monastik dan terlibat dalam berbagai karya kemanusiaan, seperti pendidikan atau pelayanan orang di penjara.

Pada usia 30 tahun, Prevost mulai bekerja di Peru hingga tahun 1999, dengan sebentar kembali bekerja dalam waktu yang tak lama di Chicago pada tahun 1987 sebagai direktur promosi panggilan untuk Ordo Agustinian.

Selama tahun-tahun awalnya di Peru, Prevost memiliki sejumlah jabatan, termasuk mengajar di seminari keuskupan, menjabat sebagai hakim di pengadilan gereja dan memimpin karya di paroki di pinggiran Kota Trujillo.

Pada tahun 1999, Prevost terpilih sebagai kepala provinsi Agustinian yang berbasis di Chicago. Kemudian pada tahun 2001, ia diangkat sebagai Superior Jenderal OSA sedunia, yang dipimpinnya hingga tahun 2013. Selama waktu itu, ia tinggal di Roma, tetapi menghabiskan sebagian besar waktunya di jalan dan di udara, mengunjungi hampir 50 negara tempat ordo Augustinian berkarya.

Pada tahun 2014, Paus Fransiskus mengutusnya kembali ke daerah misi, dengan mengangkatnya sebagai Uskup Chiclayo, di Peru utara, tempat ia bertugas hingga Paus memanggilnya kembali ke Roma untuk pelayanan penuh waktu di Kuria, Roma pada tahun 2023.

Di Roma, Prevost dikenal sebagai orang yang rajin, yang menghabiskan banyak waktu untuk mengidentifikasi uskup baru seperti halnya menangani kasus-kasus yang bermasalah, seperti kasus Uskup Joseph Strickland, yang merupakan kepala Keuskupan Tyler, Texas, hingga ia dicopot dari jabatannya pada tahun 2023.

Prevost memiliki pengalaman pastoral umat yang terpinggirkan dengan keahlian dalam mengelola kompleksitas tata kelola pusat gereja — kombinasi yang langka bagi mereka yang mencari calon paus yang memiliki prioritas yang sama dengan Paus Fransiskus dengan prioritas yang lebih besar pada tata kelola.

Prevost telah menjadi pendukung vokal penekanan Fransiskus pada sinodalitas Gereja, yang telah muncul sebagai isu penting bagi sebagian besar kardinal yang dapat memberikan suara dalam konklaf.
Dalam wawancara Vatican News tahun 2023, Prevost menghubungkan sinodalitas — upaya untuk membuat struktur gereja lebih inklusif dan partisipatif — dengan mengatasi polarisasi saat ini yang mencengkeram gereja.

Kelebihan lain pada resumenya: Latar belakangnya dalam hukum kanon mungkin memberikan sedikit kenyamanan bagi para skeptis sinode yang khawatir bahwa hal itu dapat menimbulkan ancaman terhadap tradisi gereja.

Prevost memiliki keunggulan lain: Dia adalah seorang poliglot yang menguasai bahasa Inggris, Spanyol, Italia, Prancis, dan Portugis serta dapat membaca bahasa Latin dan Jerman, yang memberinya kemampuan untuk berkomunikasi dengan sesama kardinal dengan cara yang tidak dimiliki oleh para kardinal lain.

Kemampuan berbahasa yang tinggi, pengalaman perjalanan internasionalnya sebagai kepala ordo religious OSA, dan pekerjaannya dalam mengidentifikasi uskup ritus Latin di seluruh dunia berarti bahwa dia akan menjadi salah satu kardinal yang paling terkenal yang akan menghadiri konklaf ini.
Meskipun fasih berbahasa, dia tidak banyak bicara. Ketika dia berbicara, dia melakukannya dengan hati-hati dan penuh pertimbangan.

Sebagai seorang pria yang tertutup dengan gaya yang pendiam, dia tidak akan mendapat nilai tinggi dalam hal pesona. Namun, tekad dan kejelasannya yang kuat mungkin akan menghibur mereka yang mencari pemimpin yang tahu ke mana dia ingin pergi dan bagaimana cara untuk mencapainya.

Robert Prevost pernah berkunjung ke Indonesia tahun 2003. Ketika itu, Prevost selaku Prior OSA untuk pertama kali menginjakan kakinya di Indonesia. Yaitu di Tanah Papua, tepatnya di Kota Sorong, Provinsi Papua Barat Daya. Dia hadir hadir dalam rangka perayaan 50 tahun Ordo Santo Agustinus (OSA) berkarya di Tanah Papua. Dan 22 tahun kemudian, tepatnya pada 8 Mei 2025, Prevost terpilih menjadi paus dengan nama Paus Leo XIV. Semoga bisa berkunjung lagi ke Indonesia, seperti halnya Paus Fransiskus yang meninggal dunia sehari setelah kotbah Paskah 20 April 2025, tepatnya Senin 21 April 2025. (habis)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *