Utama

Banjir “Musuh Bebuyutan” Food Estate Dadahup

573
×

Banjir “Musuh Bebuyutan” Food Estate Dadahup

Sebarkan artikel ini
CETAK SAWAH : Program pencetakan sawah baru di Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas, masih terus berlangsung di tengah ancaman banjir. Foto diambil pada Rabu 7 Mei 2025.AHMAD/PE

Warga Mengeluh, karena Masalah Pengairan

PALANGKA RAYA – Pemerintah terus berupaya meningkatkan produksi padi menuju swasembada pangan nasional. Salah satu upayanya melalui pencetakan areal sawah baru di kawasan food estate di Kecamatan Dadahup, Kabupaten Kapuas.

Sayangnya pencetakan sawah yang sudah rampung ratusan hectare itu, masih belum bisa ditanami padi. Seluruh persawahan baru itu tergenang air, akibat intensitas hujan yang cukup tinggi, ditambah luapan Sungai Barito dan Sungai Kapuas Murung.

Banjir sepertinya menjadi ’musuh bebuyutan’ kawasan food estate di Dadahup. Warga setempat mengakui kendala utama di areal persawahan Dadahup soal tata kelola air. Terutama saat banjir. “Sebetulnya areal sawah baru sudah bisa ditanami, tapi karena lahannya tergenang banjir akhirnya nggak bisa diapa-apakan,” ucap seorang warga yang minta namanya jangan dikorankan.

Beberapa waktu lalu, wartawan koran ini mengunjungi kawasan food estate di Dadahup. Tampak puluhan alat berat masih terus beroperasi mencetak persawahan baru. Ratusan hektare sawah baru pun sudah rampung dicetak. Bahkan ada beberapa hetare siap untuk ditanami padi. Hanya saja lahan persawahan baru itu tergenang air yang cukup tinggi.

“Gimana mau ditanami padi. Sawahnya tergenang air,” kata seorang Babinsa Dadahup Risky ketika dibincangi di sebuah warung di pinggiran jalan di kawasan food estate Dadahup, beberapa waktu lalu.

Di era pemerintah Joko Widodo, kawasan food estate sudah beberapa kali mencetak sawah. Pemerintah juga sudah mengaspal dan melebarkan jalan utama mulai dari Kuala Kapuas hingga areal foos estate. Petani dipastikan tidak akan kesusahan untuk mengangkut dan menjual hasil sawahnya.

“Dulu juga sudah dicetak sawah. Siap ditanam, tapi setiap kali hujan deras pasti kebanjiran. Jika Sungai Barito dan Sungai Kapuas Murung pasang, pasti airnya sampai di Dadahup,” kata babinsa yang baru beberapa bulan bertugas di Dadahup itu.

Menurut dia, yang menjadi kendala utama areal food estate di Dadahup soal tata kelola air alias pengairan. Inilah yang harus dicarikan solusinya apabila ingin memberdayakan kawasan food estate di tempat itu. Bagi masyarakat, hadirnya program food estate sangat membantu, terutama adanya perbaikan fasilitas umum seperti jalan.

Risky membandingkan dengan perkebunan kelapa sawit yang lokasinya juga sama-sama di Dadahup. Bahkan letaknya tidak jauh dari kawasan food estate itu. Namun di perkebunan sawit itu tidak banjir dan kering, meskipun hujan deras atau saat Sungai Barito pasang. “Barangkali bisa studi banding dengan pengelolaan perkebunan sawit,” sarannya.

Seperti diketahui, kawasan food estate Dadahup memanfaatkan Sungai Barito dan Kapuas Murung untuk mengaliri sawahnya. Pemerintah melalui program lahan gambut sejuta hektare era Presiden Soeharto sudah membangun saluran primer dengan membedah Sungai Barito dan Kapuas Murung.

Persoalannya setiap kali hujan deras dan sungai pasang, airnya masuk ke lahan persawahan. Untuk surut, memerlukan waktu yang cukup lama. Berbeda dengan kawasan food estate di Desa Belanti Siam, Kabupaten Pulang Pisau. Jika Sungai Kahayan pasang, maka surutnya cepat sekali. Sore pasang, paginya sudah surut. (to/ens)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *