International

Jennifer Simons Terpilih Jadi Presiden Perempuan Pertama Suriname, Berjanji Mengabdi untuk Rakyat

76
×

Jennifer Simons Terpilih Jadi Presiden Perempuan Pertama Suriname, Berjanji Mengabdi untuk Rakyat

Sebarkan artikel ini
Jennifer Simons Terpilih Jadi Presiden Perempuan Pertama Suriname, Berjanji Mengabdi untuk Rakyat
Jennifer Simons, presiden perempuan pertama Suriname melakukan pidato pengukuhannya (Dok. Instagram @dewaretijdonline)

Suriname mencatat sejarah baru dalam dunia politiknya. Untuk pertama kali, negara di Amerika Selatan itu dipimpin oleh seorang perempuan.

Jennifer Geerlings-Simons, tokoh oposisi dari Partai Demokrat Nasional (NDP), resmi terpilih sebagai Presiden Suriname menggantikan Chan Santokhi.

Dilansir dari Reuters pada Senin (7/7), Jennifer Simons terpilih sebagai presiden dalam pemungutan suara Majelis Nasional Suriname yang berlangsung pada Minggu (6/7). Ia menjadi perempuan pertama yang memegang jabatan tertinggi di negara bekas koloni Belanda tersebut.

Pemilu legislatif yang digelar pada 25 Mei 2025 menghasilkan persaingan ketat antara NDP yang memperoleh 18 kursi dan Partai Reformasi Progresif (PRP) milik Presiden petahana Chan Santokhi yang meraih 17 kursi.

Koalisi enam partai kemudian sepakat mencalonkan Simons sebagai presiden dan Gregory Rusland dari Partai Nasional Suriname (NPS) sebagai wakil presiden.

Proses pemilihan presiden di Suriname dilakukan secara tidak langsung, melalui pemungutan suara di Majelis Nasional. Seorang kandidat harus memperoleh dukungan dua pertiga dari anggota parlemen untuk bisa terpilih. Simons disahkan secara aklamasi dalam sidang tersebut.

Dalam pidato singkatnya, Simons (71) berkomitmen untuk mengabdikan diri kepada seluruh rakyat Suriname. Ia menegaskan bahwa kekayaan negara harus dapat dirasakan oleh semua warga, terutama generasi muda dan kelompok yang belum memperoleh kesempatan adil.

“Saya sangat menyadari tanggung jawab yang kini ada di pundak kami. Tanggung jawab ini menjadi lebih besar karena saya adalah perempuan pertama yang menduduki jabatan ini,” ujarnya.

Presiden Chan Santokhi yang kalah dalam pemilu memberikan ucapan selamat kepada Simons dan menyatakan akan terus mengabdi sebagai anggota parlemen. Ia juga menyatakan bertanggung jawab atas kekurangan selama masa pemerintahannya.

Simons akan dilantik secara resmi pada 16 Juli 2025 mendatang.

Suriname diprediksi akan mengalami lonjakan pendapatan dari proyek minyak dan gas lepas pantai pertamanya yang dipimpin TotalEnergies dan dijadwalkan mulai produksi pada 2028.

Namun, dalam kampanye politik, belum ada arah kebijakan yang jelas mengenai bagaimana pendapatan ini akan dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat.

Jennifer Simons sebelumnya menjabat sebagai ketua parlemen selama sepuluh tahun hingga 2020 dan merupakan pemimpin partai yang didirikan oleh mendiang Desi Bouterse, tokoh kontroversial yang pernah memimpin negara tersebut selama beberapa dekade sebelum meninggal dalam pelarian tahun lalu.

Menurut laporan The Guardian, Jennifer Simons sebenarnya maju tanpa lawan dalam pemilihan ini, setelah Partai Reformasi Progresif yang dipimpin Santokhi memutuskan untuk tidak mencalonkan siapa pun sebelum batas waktu pendaftaran.

Simons mengambil alih kepemimpinan di tengah kondisi ekonomi yang kontras. Meskipun Suriname merupakan salah satu negara termiskin di kawasan Amerika Selatan, negara ini memiliki cadangan minyak lepas pantai yang diperkirakan bisa menghasilkan miliaran dolar dalam beberapa dekade mendatang.

Selama masa jabatannya, Presiden Santokhi sempat berupaya meredam krisis ekonomi dengan meminta bantuan dari IMF. Namun, kebijakan penghematan yang diterapkannya justru memicu protes keras di tengah masyarakat.

Salah satu janji kampanye Santokhi adalah skema ‘royalti untuk semua’, yakni US$750 (setara Rp 12,2 juta) per warga dengan bunga tabungan 7% per tahun  yang gagal mengamankan dukungan mayoritas.

The Guardian juga mencatat bahwa Simons dikenal tegas terhadap isu lingkungan. Saat menjadi ketua parlemen, ia mengecam keras praktik penambangan emas ilegal dan pembalakan liar, serta mendorong penguatan regulasi perlindungan hutan.

Suriname sendiri memiliki lebih dari 90% wilayahnya yang tertutup hutan tropis.

Simons mengambil tongkat estafet dari partai yang didirikan oleh Desi Bouterse, mantan diktator militer yang memimpin antara 1980–1987. Selama masa kekuasaan Bouterse, rezimnya dituduh melakukan eksekusi terhadap 15 lawan politik pada tahun 1982.

Ia kemudian terpilih sebagai presiden secara demokratis pada 2010 dan 2015, sebelum akhirnya digantikan oleh Santokhi.

Terpilihnya Jennifer Simons sebagai presiden perempuan pertama di Suriname menandai era baru dalam sejarah politik negara yang dikenal ‘dekat’ dengan Indonesia itu.

Dengan tantangan besar di depan mata, mulai dari pengelolaan kekayaan alam hingga ketimpangan sosial, kepemimpinan Simons akan menjadi sorotan dunia internasional.

Editor: Candra Mega Sari

Sumber : jawapos.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *