Feature

Demi Anak dan Ucapan Terima Kasih kepada Gubernur

164
×

Demi Anak dan Ucapan Terima Kasih kepada Gubernur

Sebarkan artikel ini
FOTO BERSAMA: Bambang (duduk tengah depan) foto bersama para guru dan orang tua setelah rapat komite SMKN 3 Muara Teweh, Jumat (11/7/2025). FOTO DOKUMEN

Kisah Seorang Ayah Tunanetra di Barito Utara (2)

Bambang bukan datang membawa keluhan. Ia datang membawa harapan. Dengan suara pelan namun penuh keyakinan, ia menyampaikan terima kasih kepada Gubernur Agustiar Sabran, Dinas Pendidikan Provinsi Kalteng, dan pihak sekolah atas program sekolah gratis yang kini dirasakan langsung oleh keluarganya.

UCAPAN terima kasih kepada Gubernur Agustiar Sabran itu dia sampaikan melalui sekolah dan media massa.  Karena anaknya bisa mengenyam pendidikan gratis

“Saya tidak punya banyak uang. Tapi saya ingin anak saya sekolah, jadi orang pintar, bisa hidup lebih baik dari saya,” kata Bambang.

Kehadiran Bambang menjadi bukti nyata bahwa program sekolah gratis bukan sekadar janji di atas kertas. Kepala SMKN 3 Muara Teweh Wahyu Rajendra memastikan sekolahnya mengikuti arahan dari Plt Kepala Dinas Pendidikan Kalteng Muhammad Reza Prabowo untuk tidak memungut biaya sepeser pun bagi siswa dari keluarga tidak mampu. “Insyaallah, anak Pak Bambang tidak akan dipungut biaya apapun sampai lulus nanti. Ini amanat yang kami emban dengan penuh tanggung jawab,” kata Rajendra.

Program ini merupakan bagian dari visi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Tengah yang terangkum dalam program huma betang sejahtera.

Lebih dari sekadar membebaskan biaya, program ini membuka pintu harapan bagi keluarga yang selama ini merasa pendidikan adalah kemewahan yang tak terjangkau. “Kini anak-anak dari pedalaman, dari keluarga sederhana seperti Pak Bambang, punya kesempatan yang sama. Sekolah tidak lagi jadi beban, tapi harapan,” tambah Rajendra.

Rapat komite hari itu mungkin hanya berlangsung beberapa jam. Tapi kisah Bambang akan tinggal lebih lama di hati siapa pun yang melihat dan mendengarnya. Dalam keterbatasannya, ia hadir dengan sepenuh hati, tak menyerah pada gelap. Karena ia percaya pada cahaya masa depan anaknya.

Kisahnya menjadi pengingat bahwa cinta orang tua tidak pernah mengenal batas. Bahwa semangat bisa melampaui segala keterbatasan fisik. Bahwa ketika negara hadir melalui kebijakan yang berpihak pada rakyat kecil, mimpi-mimpi kecil pun bisa tumbuh menjadi besar.

Hari itu, Bambang tak hanya datang sebagai seorang ayah. Ia datang sebagai simbol harapan bahwa semua anak di Kalteng, tanpa terkecuali, berhak mendapat pendidikan yang bermartabat. (selesai)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *