Feature

Sering Ketinggalan Informasi, Cari Sinyal Sampai ke Bukit

148
×

Sering Ketinggalan Informasi, Cari Sinyal Sampai ke Bukit

Sebarkan artikel ini
SIMULASI : Suasana di SMAN 4 Buntok saat simulasi Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK), Kamis (31/7/2025). FOTO HUMAS UNTUK PE

Harapan Baru dari Satelit Starlink di Muara Ripung

Muara Ripung adalah salah satu desa di Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan. Di situ ada sekolah menengah atas. Yaitu SMAN 4 Buntok. Itu bukanlah sekolah dengan gedung megah atau fasilitas lengkap. Tapi sejak Kamis (31/7/2025), ada satu hal baru yang mengubah segalanya. Langit di atas mereka kini memancarkan sinyal harapan lewat internet satelit Starlink.

SITI NUR MARIFA, Palangka Raya

SUASANA pagi itu di SMAN 4 Buntok terasa berbeda. Tidak ada lagi wajah tegang dari guru-guru yang biasanya khawatir akan gangguan sinyal. Tidak ada lagi siswa yang kecewa karena gagal mengikuti simulasi Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK). Semuanya berjalan lancar tanpa jeda, tanpa putus. “Seperti mimpi,” ucap Kastri Suriani, Kepala SMAN 4 Buntok sambil tersenyum haru.

“Selama ini kami hanya bisa membayangkan bagaimana rasanya mengakses internet yang stabil. Sekarang kami mengalaminya sendiri,” akuinya.

Kastri mengenang hari-hari sebelum Starlink hadir. Sinyal nyaris tidak ada. Untuk sekadar mengirim pesan atau membuka email, mereka harus berjalan ke bukit atau memanjat kursi, berharap ada sedikit sinyal yang tertangkap. “Jujur saja, saya sering tidak bisa hadir di rapat daring karena informasi datang telat. Kadang, rapat sudah selesai baru saya tahu ada undangan zoom,” kisahnya lirih.

Kondisi tersebut tentu bukan hanya menghambat koordinasi, tapi juga membuat guru-guru tertinggal dalam pengembangan profesional. Banyak dari mereka sedang menjalani pendidikan profesi guru (PPG), yang sepenuhnya berbasis daring.

Kini, Starlink menghapus hambatan itu. Sinyal yang turun dari satelit langsung menyentuh atap sekolah mereka, membuka jendela digital yang selama ini tertutup rapat.

Bersama dengan koneksi internet yang kuat, fasilitas seperti TV interaktif yang sebelumnya hanya menjadi “hiasan mahal” di ruang kelas, kini dapat dimanfaatkan sepenuhnya.

“Murid-murid bisa menyaksikan video pembelajaran langsung dari YouTube. Guru bisa mengakses sumber ajar dari mana saja. Ini bukan hanya mempermudah, tapi memperluas cara kami mengajar dan belajar,” ujar Kastri.

Para siswa pun terlihat antusias. Bagi mereka, membuka laman pencarian Google atau mengikuti kuis interaktif bukan lagi hal yang hanya bisa dilakukan di kota. Kini, mereka merasakannya sendiri di dusun mereka, di sekolah mereka.

Di SMAN 4 Buntok, internet bukan sekadar soal koneksi. Ia adalah jembatan menuju mimpi, obor yang menyalakan semangat untuk maju. Di tengah keterbatasan geografis dan infrastruktur, sinyal dari satelit kini menjadi simbol harapan baru.

“Ini bukan tentang kemewahan teknologi, tetapi tentang kesempatan yang setara bagi anak-anak kami untuk belajar, tumbuh, dan bercita-cita,” ungkapnya.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Kalteng Muhammad Reza Prabowo menjelaskan, pemasangan Starlink merupakan bagian dari komitmen Gubernur Agustiar Sabran, dalam menghadirkan pemerataan pendidikan di seluruh pelosok daerah.

“Kami tidak ingin ada anak-anak yang tertinggal hanya karena mereka lahir di daerah yang sulit dijangkau jaringan. Dengan Starlink, kami ingin memastikan akses pendidikan yang adil dan merata,” ungkap Reza.

Menurut dia, program ini akan terus diperluas, menyasar sekolah-sekolah lain yang mengalami kendala serupa. Pelatihan penggunaan teknologi pun akan diberikan kepada guru dan kepala sekolah agar manfaatnya benar-benar terasa.

Di dusun kecil di bawah langit Kalteng itu, koneksi yang datang dari luar angkasa telah membawa lebih dari sekadar data, tapi ia membawa masa depan. (ifa/ens)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *