Feature

Awalnya Jualan Layangan di Dapur, Kini Punya Toko Pakde

106
×

Awalnya Jualan Layangan di Dapur, Kini Punya Toko Pakde

Sebarkan artikel ini
PERAJIN LAYANGAN : Fatkhur Rokhman dan Kartinah, perajin layangan di toko kecil yang diberi nama Toko Pakde saat ditemui Kamis (31/7/2025) lalu.FOTO IFA/PE

Kisah Fatkhur Rokhman Menyulam Angin Jadi Rezeki

Di langit Palangka Raya, angin sore mulai bersenandung, memetik senar-senar benang yang menari bebas di udara. Layangan-layangan berwarna cerah dengan bentuk unik dari yang tradisional hingga karakter kartun modern menjadi tanda bahwa musim yang paling dinanti akhirnya tiba. Yaitu musim layangan.

BAGI sebagian orang, ini hanya hiburan musiman. Tapi bagi Fatkhur Rokhman (62) sebagai guru pembantu di SMP Islam Imam Nawawi Palangka Raya dan istrinya, Kartinah (52), musim ini adalah waktu “panen”. Waktu di mana angin bukan hanya meniup langit, tetapi juga membuka pintu rezeki.

Bertempat di Gang Bakung 2 Nomor 87, Jalan G Obos 8, toko kecil yang mereka beri nama Toko Pakde, tampak sederhana dari luar. Namun siapa sangka, dari tempat inilah ribuan layangan dan perlengkapan terbang ke tangan para pecinta permainan tradisional itu.

“Awalnya kami hanya jualan di dapur. Di belakang rumah,” cerita Fatkhur sembari tersenyum mengenang masa lalu saat ditemui, Kamis (31/7/2025). “Itu tahun 2009. Waktu itu cuma iseng-iseng. Karena anak-anak di sekitar rumah sering minta dibuatkan layangan,” tambahnya.

Namun iseng itu berubah menjadi ladang usaha. Ketika minat pembeli semakin banyak, mereka pun memberanikan diri membuka toko di rumah pada tahun 2020. Sejak itu, Toko Pakde tidak pernah sepi dari cerita dan harapan.

Tak seperti toko kebanyakan yang hanya menjual barang jadi, Fatkhur dan Kartinah memproduksi sendiri sebagian besar layangan mereka. Dari bentuk ikan, layangan polos, hingga karakter superhero yang digemari anak-anak, semuanya dirakit dengan tangan mereka sendiri.

Ada juga yang didatangkan dari Jawa, saking tak tertanganinya permintaan pembeli. “Kalau yang karakter itu susah bahannya. Bisa custom, tapi ya harus sabar,” ujar Fatkhur Rokhman sambil menunjukkan salah satu layangan berwarna merah dengan tokoh kartun terkenal.

Dalam prosesnya, mereka menggunakan kertas minyak, kain tipis, bambu, dan lem khusus. Ketelitian adalah kunci.  “Kalau asal-asalan, layangan bisa gagal terbang. Jadi harus dibuat dengan hati-hati, harus pas timbangannya,” tambah Fatkhur.

Di toko mungil mereka, bukan hanya layangan yang dijual. Berbagai aksesori pelengkap juga tersedia. Ada benang gelasan yang tajam, beladu (gulungan kayu), sarung jari agar tak terluka saat mengendalikan layangan, ekor layangan untuk keseimbangan, hingga alat potong seperti gunting dan cutter.

Harga pun bervariasi. Dari Rp 3.000 hingga Rp 80.000. Tergantung jenis dan kelengkapan. Meski usahanya kecil, jangkauannya luas. Saat ini, Fatkhur memiliki 7 reseller aktif yang tersebar di berbagai titik di Kota Palangka Raya.

Meski bisnis layangan sangat bergantung pada musim, semangat Fatkhur tidak pernah surut. Ia sadar bahwa dalam setahun, hanya 1 sampai dengan 2 bulan saja penjualannya benar-benar ramai. Tapi di saat-saat itulah, ia bisa meraup pendapatan antara Rp 500.000 hingga Rp 1.000.000 per hari. “Kalau lagi sepi, ya cuma dapat Rp 200.000-Rp 300.000,” ujarnya santai.

Baginya, bisnis ini bukan hanya tentang uang. Ini tentang warisan budaya. Tentang menghadirkan kebahagiaan sederhana untuk anak-anak yang berlarian di lapangan dengan benang di tangan dan tawa di wajah.

Fatkhur dan Kartinah kini tak hanya berdagang, tapi juga menjadi bagian dari perjalanan masa kecil banyak anak Palangka Raya. Lewat Toko Pakde, mereka menyulam kenangan. Menjahit potongan-potongan masa lalu ke dalam angin yang terus berhembus.

Musim layangan bukan hanya soal kompetisi atau adu benang. Ia adalah bentuk kecil dari perayaan tradisi, kreativitas, dan kebersamaan. Di tengah gempuran dunia digital, suara gemerisik benang gelasan dan kibaran layangan di langit biru menjadi pengingat akan permainan yang tak lekang oleh waktu. (ifa/ens)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *