Utama

Huma Betang Night Tuai Sorotan

95
×

Huma Betang Night Tuai Sorotan

Sebarkan artikel ini
SUASANA MALAM MINGGU : Pelaksanaan Car Free Night bertajuk Huma Betang Night di Bundaran Besar Palangka Raya setiap malam Minggu mendapat antusias dari masyarakat.FOTO PE

Gubernur Sebut, Bukan Sekadar Hiburan, Tapi Sarana Pemberdayaan Ekonomi Rakyat

PALANGKA RAYA – Gelaran Car Free Night bertajuk “Huma Betang Night” yang rutin digelar setiap malam Minggu di Bundaran Besar Palangka Raya menyita perhatian publik.  Meski menjadi ruang hiburan rakyat dan penggerak ekonomi lokal, kegiatan ini tak lepas dari kritik soal anggaran, kemacetan, hingga kebersihan.

Menanggapi berbagai sorotan tersebut, Gubernur Kalimantan Tengah Agustiar Sabran memberikan klarifikasi terbuka dalam acara temu media di Istana Isen Mulang, Kamis (31/7/2025) lalu.

Gubernur menegaskan, seluruh pelaksanaan acara dilakukan secara swakelola. Tanpa melibatkan event organizer, guna menekan biaya dan memberdayakan potensi lokal. “Saya ingin UMKM kita mendapat perhatian. Anggarannya hanya Rp 180 juta, dan itu belum habis. Contohnya saat menghadirkan Tri Suaka, biayanya hanya sekitar Rp 20–50 juta saja,” kata Agustiar. Menurut mantan anggota DPR RI itu, Huma Betang Night bukan sekadar ajang hiburan, tetapi menjadi sarana pemberdayaan ekonomi kerakyatan.

Ia mengungkapkan, pendapatan pelaku UMKM yang sebelumnya hanya ratusan ribu rupiah, kini melonjak hingga Rp 3 juta dalam satu malam acara. “Kita ingin ekonomi masyarakat bergerak. Ini juga bisa meningkatkan PAD (Pendapatan Asli Daerah),” tambahnya.

Tak hanya mengangkat ekonomi, acara ini juga bertujuan untuk melestarikan budaya lokal. Nama Huma Betang Night dipilih sebagai simbol persatuan dan nilai kearifan lokal yang dihadirkan lewat pertunjukan musik, seni, dan kuliner khas daerah.

“Jadi, jangan hanya lihat dari luar saja. Ini soal menjaga budaya kita agar tidak hilang,” tegasnya.

Terkait video viral berdurasi 39 detik yang memperlihatkan keluhan seorang sopir truk akibat kemacetan di sekitar Bundaran Besar, gubernur tak menampik adanya kepadatan lalu lintas. Namun, menurutnya, hal itu adalah indikasi positif dari geliat sebuah kota yang hidup.

“Kalau macet, artinya daerah itu ramai. Kalau ramai, berarti ekonomi jalan. Lagi pula jalan alternatif sudah kami siapkan,” ujarnya.

Untuk isu kebersihan, gubernur mengimbau seluruh pihak, baik pemerintah, pelaku UMKM, maupun masyarakat pengunjung untuk menjaga lingkungan pascaacara. “Saya selalu instruksikan agar sampah dibersihkan usai kegiatan. Karena kebersihan dan infrastruktur adalah kunci pariwisata,” pungkasnya.

Meski diterpa kritik, semangat Gubernur Agustiar Sabran untuk menjadikan Huma Betang Night sebagai panggung rakyat dan warisan budaya.

Ia meyakini, dengan pengelolaan yang bijak dan kolaborasi semua pihak, acara ini bisa menjadi ikon baru Kota Palangka Raya yang membanggakan. (rdo/ens)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *