Satu bulan terakhir dua parpol baru saja menggelar kongres. Menariknya hasil dari kongres tidak ada perubahan siginifikan di pucuk pimpinan parpol. Kedua parpol itu adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Bedanya, hanya cara dari mencapai hasil kongres tersebut.
PDIP memutuskan Megawati Soekarnoputri kembali menjabat sebagai ketua umum. Keputusan itu diambil dengan aklamasi. PSI juga kembali dipimpin Kaesang Pangarep. Cuma diputuskan dari hasil pemilihan raya. One man one vote. Satu kader memiliki hak satu suara untuk memilih kandidat ketua umum.
Pengamat politik Universitas Sebelas Maret (UNS) Agus Riewanto menuturkan, cara pemilihan ketua umum dari dua parpol itu tidak bisa dibandingkan secara langsung. Langkah PSI yang melibatkan ribuan anggota dalam pemilihan adalah upaya membangun model baru yang lebih terbuka. “Itu kan cara-cara untuk mengubah tradisi dan mencari bentuk baru, supaya mendapat simpati publik,” jelas Agus Riewanto kepada wartawan pada Senin (4/8) malam.
PDIP sebagai partai lama sudah memiliki akar kuat dan ideologi yang mapan. Oleh karena itu, mekanisme pemilihan ketua umum dilakukan berdasarkan tradisi yang telah terbangun selama ini. “Dengan cara aklamasi itu, dalam bahasa Indonesianya barangkali musyawarah mufakat gitu ya. Sesuai tradisi yang mereka bangun selama ini,” kata Agus.
SUMBER : JAWA.POS