Isen MulangKalimantan Tengah

Tingkatkan Kesejahteraan Nelayan Lewat Program Sylvofishery

30
×

Tingkatkan Kesejahteraan Nelayan Lewat Program Sylvofishery

Sebarkan artikel ini
Tingkatkan Kesejahteraan Nelayan Lewat Program Sylvofishery
SAMBUTAN: Kepala Dislutkan Provinsi Kalteng, H. Darliansjah sampaikan sambutan, Kamis (6/3). (Foto: IST/PE)

PALANGKA RAYA – Peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan nelayan di Kalimantan Tengah (Kalteng) menjadi salah satu prioritas utama Gubernur, H. Agustiar Sabran dan Wakil Gubernur, H. Edy Pratowo dalam masa kepemimpinan mereka untuk periode 2025 sampai dengan 2030. 

Program ini bertujuan untuk mengakselerasi pembangunan ekonomi yang kreatif, produktif, dan ramah lingkungan, khususnya di sektor kelautan dan perikanan.

Dalam upaya mewujudkan visi tersebut, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislutkan) Provinsi Kalteng, H. Darliansjah menyampaikan, kesiapan untuk mendukung dan merealisasikan komitmen Gubernur dengan mengoptimalkan potensi sektor kelautan dan perikanan demi kesejahteraan masyarakat nelayan di pesisir.

Salah satu langkah konkret yang telah dilaksanakan adalah pengembangan budidaya kepiting bakau melalui konsep Sylvofishery sistem pertambakan yang mengintegrasikan usaha perikanan dengan penanaman pohon bakau di area mangrove. 

Proyek percontohan ini telah dilaksanakan dengan kerja sama Institut Pertanian Bogor (IPB) University, yang dilakukan di Desa Teluk Bogam, Kabupaten Kotawaringin Barat dan Desa Sungai Undang, Kabupaten Seruyan.

Menurut Darliansjah, konsep Sylvofishery mengusung pendekatan ramah lingkungan dengan menggabungkan teknologi pertambakan tradisional dengan pengelolaan ekosistem mangrove. 

Sebelum dimulai, kualitas air di lokasi proyek diuji untuk memastikan, bahwa kondisi tersebut mendukung pertumbuhan kepiting bakau. 

Setelah itu, IPB University juga melibatkan tenaga pendamping dari kalangan sarjana lokal untuk memberikan pelatihan serta pendampingan kepada kelompok masyarakat yang akan menjalankan budidaya tersebut.

“Program Sylvofishery sangat penting tidak hanya untuk kelestarian ekosistem mangrove, tetapi juga berperan dalam meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat pesisir dan nelayan. Keberlanjutan ekosistem mangrove yang terjaga berkontribusi pada pemulihan dan perbaikan kualitas lingkungan hidup, sementara dari sisi ekonomi, program ini membuka peluang pendapatan bagi masyarakat pesisir,” jelas Darliansjah, Kamis (6/3).

Lebih lanjut, Darliansjah optimis, bahwa pengembangan budidaya kepiting bakau dengan metode Sylvofishery ini akan memberdayakan masyarakat pesisir. 

“Program ini diproyeksikan akan meningkatkan pendapatan mereka sekaligus menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga keberadaan ekosistem mangrove,” tutupnya.

Sebagai informasi, pengembangan bibit kepiting di Desa Teluk Bogam menunjukkan hasil yang menggembirakan. Dalam waktu tiga bulan, bibit kepiting berhasil berkembang dari ukuran 100 gram per-ekor menjadi 150 hingga 400 gram per-ekor. 

Sementara di Desa Sungai Undang, bibit kepiting mengalami pertumbuhan serupa, dengan ukuran mencapai 300 gram per ekor setelah tiga bulan pemeliharaan. (ifa/abe)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *