Mengenal Ritual Tarian Adat Babukung di Kabupaten Lamandau
Penari Babukung selalu menggunakan Topeng atau Luha. Ini dimaksudkan agar penari tidak diketahui orang lain dan keluarga yang berduka.
Suyanto, PALANGKA RAYA
BABUKUNG merupakan sebuah tarian yang dilaksanakan pada saat upacara kematian suku Dayak Tomun di Kabupaten Lamandau. Tradisi menari ini memiliki ciri khas dalam pertunjukannya. Penarinya atau yang disebut Bukung selalu menggunakan topeng di bagian mukanya dan seluruh tubuhnya ditutup dengan dedaunan dengan iringan music khas Dayak.
Pada awalnya topeng terbuat dari kayu ala kadarnya. Sementara tubuhnya ditutupi dedaunan tumbuhan, seperti daun pisang, rumput dan dedaunan lainya. Intinya agar penari Bukung ini tidak dikenali oleh keluarga yang sedang berduka maupun orang lain.
Seiring dengan perjalanan waktu, topeng dibuat dari batang kayu dengan dilukis beraneka ragam bentuk hewan atau burung. Bahkan ada Sebagian penari bukung yang menutupi wajahnya dengan topeng yang dijual pasar bebas. Dedaunan atau kostum yang digunakan untuk menutupi tubuhnya pun, kini sudah diganti dengan kain warna -warni.
Tarian Babukung dilakukan oleh kelompok masyarakat atau perorangan. Mereka datang dari beberapa desa tetangga yang sengaja dating ingin memberikan penghiburan kepada keluarga yang ditinggal meninggal dunia salah satu keluarga. Tarian Babukung ini dilaksanakan selama tujuh hari sampai jenazah dimakamkan. Bagi keluarga yang berkecukupan Tarian Babukung bisa dilaksanakan sampai satu bulan.
Selain melakukan tarian di tengah keluarga yang sedang berduka, para Bukung ini juga membawa kotak atau peti yang terbuat dari kayu atau anyaman rotan yang berisi hasil kebun atau hewan piaraan untuk disumbangkan kepada keluarga yang sedang berbela sungkawa.
Penari selalu menggunakan topeng ini dimaksudkan agar keluarga korban tidak mengenali siapa orang yang memberikan bantuan tersebut. Begitu juga bantuan yang diberikan dibuatkan kotak kayu atau peti agar tidak diketahui jenis ragam bantuanya.
Penari Bukung ini datang ke keluarga yang berduka dengan sukarela tanpa diundang. Mereka sengaja mendatangi keluarga yang berkabung untuk memberikan hiburan dengan tarian Babukung. Mereka juga memberikan bantuan dengan suka rela tanpa pamrih. Tanpa imbalan. Tanpa dibalas di kemudian hari. Karena itu penari Babukung ini sengaja memakai topeng agar keluarga dan orang lain tidak mengenalinya.
Tradisi tarian Babukung Dayak Tomun di Lamandau ini masih terjaga sampai sekarang. Setiap kali ada orang meninggal dunia khususnya Agama Kaharingan, para kerabat handai tolan termasuk masyarakat yang lain yang datang tidak hanya satu desa, tetapi juga desa lain mendatangi keluarga yang sedang berduka untuk memberikan penghiburan dan bantuan yang ikhlas tanpa pamrih dan tanpa meminta balasan. (bersambung)