Mengenal Ritual Tarian Adat Babukung di Kabupaten Lamandau
Babukung merupakan ritual tarian yang digelar pada acara adat kematian Suku Dayak Tomun di Kabupaten Lamandau. Tarian ini sebagai bentuk penghiburan dan penghormatan bagi keluarga yang berduka.
SUYANTO, Palangka Raya
PEMERINTAH Kabupaten Lamandau menggelar Festival Babukung. Festival ini yang dilaksanakan tanggal 8 sampai 9 Agustus 2024 menjadi kalender tahunan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Festival ini merupakan yang keenam kalinya diselenggarakan pemerintah daerah setempat.
Hingga kini beberapa Suku Dayak yang masih menganut Agama Kaharingan seperti Suku Dayak Tomun di Lamandau, Suku Dayak Ngaju, dan Suku Dayak Uut Danum, masih menyelenggarakan ritual Babukung pada saat acara adat kematian.
Tari Babukung merupakan tarian yang pemainnya menggunakan topeng tradisional atau yang disebut Luha. Penarinya disebut Bukung. Tarian ini diselenggarakan pada saat acara adat kematian Suku Dayak Tomun. Biasanya diselenggarakan selama tujuh hari hingga mengantar jenazah ke liang lahat. Bagi keluarga yang berkecukupan tarian Babukung bisa diselenggarakan selama 31 hari.
Penari Babukung dari keluarga dekat orang yang sedang berbela sungkawa. Namun juga datang dari beberapa desa di sekitarnya. Tarian Babukung bisa dilakukan sendirian atau bersama-sama dengan keluarga yang lain. Para penari menggunakan topeng agar tidak kenali orang lain atau keluarga yang ditinggalkan.
Topeng yang digunakan saat menari memiliki ciri khas dan karakter hewan tertentu yang disebut Luha. Ada yang berbentuk burung tingang, kelelawar, topeng Belanda dan masih banyak lagi model-model topeng lainya.
Tarian Babukung biasanya dilaksanakan untuk mengiringi upacara penguburan atau sebelum mayat dikubur dengan iringan musik khas Suku Dayak yang terbuat dari bambu yang disebut Tatakup.
Tujuannya untuk menghibur keluarga yang ditinggal sambil memberikan bantuan yang dikemas dalam sebuah peti. Bantuan biasanya berupa hasil pertanian, seperti beras, jagung, sayur-sayuran dan hewan ternak seperti babi, ayam, itik dan lainya.
“Tarian adat Babukung itu merupakan penghiburan dan penghormatan bagi keluarga yang ditinggal meninggal dunia salah satu keluarganya,” kata Pj Bupati Lamandau saat bincang-bincang dengan wartawan Palangka Ekspres, Kamis (9/8) di Lamandau.
Menurut Lilis Suriani acara adat tarian Babukung di Kalteng ini hanya ada di Lamandau. Sampai sekarang tarian Babukung masih dilaksanakan bagi suku Dayak Tomun pada saat ada keluarga yang meninggal. “Tapi pada festival Babukung ini tidak perlu ada yang meninggal. Karena sifatnya seni dan teater,” ujar Lilis sambil tertawa.
Melihat keunikan bentuk tarian dan topeng yang digunakan para Bukung, serta untuk menjaga tradisi yang tidak dimiliki daerah lain, kata Lilis Pemkab Lamandau menjadikan Tarian Babukung sebagai agenda tahunan dalam bentuk festival. Harapannya Tari Babukung tetap terjaga dan terpelihara di tengah kemajuan zaman yang semakin modern. (bersambung)