Mengunjungi Bunker Peninggalan Jepang di Bukit Tinggi (3)
Bunker peninggalan tentara Jepang bukan hanya meninggalkan kisah pilu bagi pekerja Romusha, tetapi juga menyisakan cerita mistik dibalik pembuatannya.
Suyanto, PALANGKA RAYA
BUNKER peninggalan tentara Jepang atau Lobang Jepang orang Bukit Tinggi biasa menyebutnya, kini menjadi tempat wisata yang favorit di Sumatera Barat. Selain berada di tengah kota yang mudah dijangkau wisatawan, juga letaknya persis di pinggir lembah yang curam nan elok.
Wisatawan tidak hanya dimanjakan dengan Lobang Jepang sebagai saksi bisu kolonialis di tanah air, tetapi juga bisa menyaksikan keindahan lembah yang menarik di sekitar bunker. Namanya Lembah Ngarai Sianok.
Dari atas bunker Jepang itu pengunjung bisa menyaksikan keelokan lembah Ngarai Sianok yang cukup terkenal di Bukit Tinggi. Apalagi Ngarai Sianok menjadi satu kawasan wisata dengan Lobang Jepang yaitu di Taman Panorama.
Lembah Ngarai Sinaok ini membentang dan berkelok-kelok sejauh 15 Km dengan kedalaman lembah sekitar 100 meter dan lebarnya 200 meter. Ngarai Sinaok merupakan patahan akibat gempa yang memisahkan pulau Sumatera menjadi dua bagian. Patahan ini membentuk dinding tegak lurus yang curam.
Setelah puas menyaksikan panorama alam Lembah Ngarai Sianok, dengan dua patahan yang membentuk dinding kembar seperti belah Semangka, pengunjung tinggal geser beberapa meter akan ketemu Lobang Jepang.
Di dalam lobang Jepang itu banyak sekali cerita-cerita pilu yang dialami para pekerja Romusha. Para pejuang tanah air sangat merasakan betapa kejamnya tentara Jepang dibanding penjajah bangsa lain seperti Belanda dan Inggris.
Selama membangun bunker itu, para pekerja mendapat perlakuan yang tidak sewajarnya oleh tentara Jepang. Disiksa, dibunuh lalu jasadnya dihanyutkan ke sungai menjadi pemandangan sehari-hari di dalam bunker.
Tidak heran jika bunker peninggalan Jepang itu juga menyiksakan cerita-cerita mistik dibalik pembangunanya.
Diceritakan Ali, warga Bukit Tinggi yang menemani wartawan Palangka Ekspres selama mengunjungi beberapa Kawasan wisata di Bukit Tinggi. Suatu Ketika Ali diminta untuk menemani rombongan karyawan Departemen Dalam Negeri untuk masuk ke Lobang Jepang.
Tentu saja setelah rombongan pegawai Depdagri merasa puas menyaksikan keindahan lembah Ngarai Sianok, lalu dilanjutkan dengan wisata memasuki Lobang Jepang. Segala sesuatunya sudah disiapkan oleh Ali. Rombongan tinggal masuk. Siapkan kamera dan fisik.
Seperti pengunjung yang lain, sebelum masuk bunker Jepang rombongan karyawan Depdagri akan mendapat pengarahan atau penjelasan singkat tentang keberadaan Lobang Jepang oleh pemandu.
Setelah pengarahan dianggap cukup, rombongan siap-siap menuruni tangga yang jumlahnya mencapai 142 anak tangga, tiba-tiba salah seorang rombongan perempuan berteriak histeris. Ia bersikeras tidak mau masuk lobang Jepang meskipun teman-teman yang lain membujuknya. “Salah satu pegawai perempuanya, tiba-tiba berteriak histeris tidak mau masuk bunker,” kata Ali.
Wanita itu bercerita, kata Uda Ali dalam pandangan kasat matanya melihat serdadu Jepang lengkap dengan pakaian khas tentara Jepang sambil membawa senjata api menyiksa dan memukuli pekerja Romusha dengan popor senjata.
Pemandangan kasat mata ini bisa saja benar terjadi. Sebab saat pertama kali bunker ini ditemukan pada tahun 1945 , di dalam lobang itu banyak ditemukan mayat manusia. Para pekerja Romusha itu dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Padang sebagai pejuang. (bersambung)