Feature

Sepak Sawut, Ritual Mengusir Roh Jahat

279
×

Sepak Sawut, Ritual Mengusir Roh Jahat

Sebarkan artikel ini
Sepak Sawut, Ritual Mengusir Roh Jahat
Lomba sepak sawut antara Kota Palangka Raya melawan Kotawaringin Timur, Minggu (18/5/2025).FOTO TERRY/PE

Dari Festival Budaya Isen Mulang 2025

Setiap tahun, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah selalu menggelar Festival Budaya Isen Mulang atau FBIM. Kegiatan yang melibatkan seluruh kabupaten dan kota di Kalteng ini menampilkan berbagai lomba bernuansa daerah khas Kalteng. Untuk tahun 2025, FBIM sudah dimulai sejak Sabtu (17/5) malam, yang dibuka oleh Gubernur Agustiar Sabran.

BERBAGAI lomba yang digelar pada setiap event FBIM itu seperti balogo, sepak sawut, tarian khas daerah, perahu hias serta banyak kegiatan lain lagi.

Khusus sepak sawut atau lebih dikenal dengan sebutan sepak bola api sering menjadi tontonan menarik bagi masyarakat. Olahraga tradisional ini merupakan permainan khas Suku Dayak, yang sepintas mirip dengan permainan sepak bola biasa.

Hanya yang membedakannya yaitu bola yang digunakan berupa bola berapi. Bola tersebut berasal bongkahan buah kelapa yang sudah tua, kemudian dikupas dan menyisakan kulit serabutnya. Bola kelapa itu dilumuri minyak tanah dan dibakar.

Dalam Festival Budaya Isen Mulang tahun 2025 kembali mengenalkan sepak sawut melalui lomba di halaman Kantor Dinas Pariwisata, Kebudayaan,

Kepemudaan dan Olahraga (Disparbudpora) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng), Minggu (18/5/25) malam.

Sepak sawut sendiri merupakan permainan yang cukup digemari oleh masyarakat Kalteng. Bukan hanya kalangan muda saja. Tetapi banyak orang tua yang menggemari permainan yang satu ini.

Sekadar diketahui, permainan sepak sawut sendiri merupakan salah satu ritual dari Suku Dayak pada zaman dulu. Dimana olahraga tradisional ini dimainkan ketika ada orang atau kerabat yang meninggal.

Dalam permainan sepak sawut, terdiri dari lima orang pemain setiap tim. Sedangkan luas lapangan yang digunakan tidak berbeda jauh dengan lapangan futsal.

Pada zaman dahulu, sepak sawut dimainkan sembari menunggu jenazah orang atau kerabat yang meninggal. Konon, hal tersebut bertujuan untuk mengusir roh-roh jahat. Bola api yang dibakar sebagai sarana untuk menakut-nakuti roh jahat dan juga sebagai sarana penghiburan bagi keluarga yang berduka, karena serunya permainan tersebut.

Sepak sawut sendiri masih menjadi salah satu kearifan lokal yang menarik. Maka dari itu, keberadaan dari sepak sawut harus dilestarikan agar tidak ditelan perkembangan zaman.

Permainan tersebut sekarang sulit dijumpai. “Salah satu cara agar kita dapat melihat dan memperkenalkan budaya khas Kalimantan Tengah adalah melalui gelaran FBIM,” kata Agus, salah satu pemain sepak sawut. (*ter/ens)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *