PALANGKA RAYA – Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan, Yuas Elko, mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Inflasi bersama Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Republik Indonesia secara virtual di Ruang Rapat Bajakah, Lantai II Kantor Gubernur, Selasa (3/12/24).
Rakor tersebut dipimpin langsung oleh Mendagri Tito Karnavian, yang menyampaikan perkembangan inflasi nasional per November 2024. Secara tahunan (y-on-y), inflasi tercatat sebesar 1,55 persen, turun dari 1,71 persen pada bulan sebelumnya. Namun, secara bulanan (m-to-m), inflasi mengalami kenaikan tipis sebesar 0,30 persen pada November 2024 dibandingkan dengan Oktober 2024.
“Kita bersyukur bahwa inflasi pada bulan November masih dalam posisi terkendali, karena rentang target Pemerintah Pusat adalah antara 1,5 persen sampai dengan 3,5 persen. Jika kita mampu mengelola inflasi dalam rentang ini, berarti kita dapat menjaga keseimbangan ekonomi,” ujar Mendagri.
Mendagri juga memberikan apresiasi atas pengendalian inflasi yang berhasil menurunkan angka inflasi menjadi 1,55 persen, yang dianggap cukup baik dan menunjukkan daya beli masyarakat yang stabil. Namun, ia mengingatkan agar tetap berhati-hati mengingat adanya kenaikan harga pangan sebesar 0,78 persen.
Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS RI, Pudji Ismartini, menyampaikan bahwa inflasi bulanan November 2024 secara m-to-m mencapai 0,30 persen. Angka inflasi tahunan tercatat sebesar 1,55 persen, sementara inflasi tahun kalender berada di angka 1,12 persen. Dari sisi wilayah, tercatat 33 provinsi mengalami inflasi, dengan Papua mencatatkan inflasi tertinggi sebesar 1,41 persen, sementara Sulawesi Barat mengalami deflasi terdalam sebesar 0,17 persen.
Pudji juga mengungkapkan bahwa komoditas penyumbang inflasi terbesar pada bulan November adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau, yang memberikan andil inflasi sebesar 0,22 persen. Komoditas yang mengalami kenaikan harga signifikan antara lain bawang merah (24,87 persen), tomat (58,88 persen), dan daging ayam ras (2,03 persen). Sementara itu, harga minyak goreng yang telah mengalami inflasi sejak Juli 2024 tercatatkan inflasi sebesar 2,17 persen pada November, yang merupakan inflasi tertinggi sepanjang tahun 2024.
Di sisi lain, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya juga memberikan andil inflasi sebesar 0,04 persen, dengan emas perhiasan mengalami inflasi sebesar 2,87 persen.
Sementara itu, komoditas beras justru mengalami deflasi sebesar 0,45 persen dengan andil deflasi sebesar 0,02 persen, yang terjadi di 26 provinsi. Di 8 provinsi lainnya, harga beras justru mengalami inflasi, sementara di 4 provinsi lainnya stabil.
Dalam kesempatan tersebut, Yuas mengungkapkan bahwa berdasarkan data BPS, inflasi tahunan di Kalteng pada bulan November 2024 tercatat sebesar 1,02 persen, yang merupakan yang terendah di antara lima provinsi di Pulau Kalimantan. Kalteng juga menempati urutan kedelapan inflasi terendah di Indonesia, yang menunjukkan bahwa inflasi di provinsi ini terkendali dengan baik.
“Meskipun inflasi kita terkendali, kita tidak boleh lengah, terutama menjelang hari besar. Semoga ketersediaan stok kebutuhan pokok, terutama menjelang Natal dan Tahun Baru, cukup dan stabil,” pungkas Yuas. (ifa)