Menjelang Pelaksanaan Haul ke-20 Guru Sekumpul
Minggu (5/1) malam nanti akan digelar haul yang ke-20 Abah Guru Sekumpul. Kegiatan akan dipusatkan di Kubah Makam Guru Sekumpul di kompleks Musala Ar-Raudah Sekumpul Martapura, Kalimantan Selatan (Kalsel).
SUYANTO, Palangka Raya
PANITIA penyelenggara Haul Guru Sekumpul sudah melakukan persiapan yang cukup matang. Mulai dari tempat Haul di dalam Musala Ar-Raudah, konsumsi hingga penginapan bagi para jemaah. Termasuk area parkir kendaraan.
Mengingat diperkirakan ratusan ribu jemaah dari wilayah Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Sumatera akan menghadiri Haul Abah Guru Sekumpul. Berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, jemaah yang menghadiri Haul Guru Sekumpul mencapai jutaan orang.
Banyak para jemaah yang sudah tiba di Sekumpul beberapa hari sebelumnya. Mereka berharap bisa mendapat tempat di Kompleks Dalam Pagar, jika memungkinkan bisa masuk dalam Musala Ar-Raudah. Namun sepertinya sulit karena Musala Ar-Raudah hanya untuk keluarga dan undangan khusus.
“Saya sudah berangkat Hari Kamis (2/1), tiga hari sebelum hari pelaksanaan. Berharap bisa dapat tempat di dalam pagar. Pengalaman tahun lalu, tidak bisa masuk di dalam pagar, karena jalan menuju ke komplek Ar-Raudah padat merayap,” kata Deni, Jemaah dari Kotawaringin Timur.
Mengutip JejakRekaman.Com, Guru Sekumpul dilahirkan pada malam Arba’ 27 Muharram 1361 Hijriyah bertepatan dengan 11 Februari 1942 Masehi di Kampung Tunggul Irang Seberang, Martapura, Kabupaten Banjar Kalsel. Namanya Muhammad Zaini Bin Abdul Ghani.
Ayahnya bernama H Abdul Ghani bin Abdul Manaf Al-Banjary. Sedangkan, ibunya bernama Hj Masliyah binti H Mulya (adik kandung dari H.Semman Mulya/guru padang).
Sejak kecil Guru Sekumpul selalu berada di samping orangtuanya dan nenek beliau yang bernama Salbiyah. Sedangkan, Salbiyah ini adalah orang yang majdub artinya diangkat Allah Ta’ala, aqal basyariyahnya diganti dengan aqal rabbaniyah.
Di masa kanak-kanak beliau sudah mulai ditanamkan pendidikan tauhid dan akhlak oleh ayah dan nenek beliau sendiri, serta belajar membaca Alquran. Dengan demikian, guru pertama dalam bidang tauhid dan akhlak adalah ayah dan nenek beliau sendiri yang selalu berada di sampingnya dan memimpinnya.
Dalam usia lebih kurang 7 tahun, beliau sudah mulai belajar di Madrasah Kampung Keraton Martapura selama 2 tahun. Kemudian meneruskan ke Madrasah Darussalam Martapura sampai tamat, dan tidak pernah sekolah SD.
Selain orang tua dan neneknya, Guru Sekumpul mendapat terpaan ilmu agama dari pamannya H Seman Mulya yang masih zuriyat KH Syaikh Muhammad Arsyad Al Banjari. Pamannya ini pula yang mengajak Guru Sekumpul menuntut ilmu keliling Pulau Jawa terutama di Pasuruan dan Bangil. Paman beliau juga yang mengenalkan Guru Sekumpul kepada ulama-ulama besar di Pulau Jawa.
Guru Sekumpul merupakan keturunan ke delapan Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al-Banjary (Datu Kalampayan) dan juga beliau zuriat Rasulullah SAW, karena Datu Kalampayan itu keturunan dari Sayyidina Husein (cucu Rasulullah SAW). Beliau mengikuti jejak Datu Kalampayan, yang pernah tinggal di Keraton Martapura kemudian pindah membuka perkampungan baru di Dalam Pagar.
Setelah tinggal di Keraton Martapura, kemudian hijrah ke Sekumpul, membuka komplek perumahan yang dikenal dengan Komplek Ar Raudhah atau dalam Regol, yang kemudian meluas ke sekelilingnya sehingga terbentuk Gang Taufik, Gang Mahabbah, Gang Bersama dan lainnya.
Di Mushalla Ar-Raudhah inilah, beliau mengajar dan membawa jamaah dalam beribadah dan mengamalkan apa-apa yang dikaji atau dikerjakan beliau, baik majelis ta’lim dan majelis Maulid beliau yang rutin dilaksanakan tiap malam Senin dan majelis Burdah tiap malam Jum’at di Mushalla Ar-Raudhah Sekumpul. (*)