
ILUSTRASI Rumah Mewah Eks Kalapas Pinjam dari Bank
M Bantah Semua Tudingan kepada Dirinya, Siap Terima Hasil Pemeriksaan
PALANGKA RAYA – Dugaan praktik pungutan liar (Pungli) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Sampit masih menjadi perbincangan hangat di publik.
Jual beli kamar hingga penggunaan handphone (HP) di dalam Lapas Sampit disinyalir dijadikan modus operandi bagi oknum pegawai lapas untuk mendapatkan cuan. Bahkan, M selaku Kalapas Sampit yang kini dinonaktifkan ikut terseret dalam pusaran dugaan pungli.
Dari sumber yang diperoleh awak media ini, menyebutkan jual beli kamar hunian tahanan dan narapidana berkisar dari Rp 8 juta sampai dengan Rp 10 juta. Dalam satu minggu pemindahan kamar ini terjadi dari 10 sampai 15 kali.
Untuk mengaburkan jejak pungli ini, oknum petugas lapas memanfaatkan tahanan atau narapidana yang memiliki HP untuk meminta tahanan dan narapidana lainnya mentransfer uang sesuai dengan permintaan dari oknum petugas.
Modus lain, melakukan razia HP kepada tahanan dan narapidana. HP akan dikembalikan dengan menebus sampai angka Rp 15 juta per HP. Modus Razia ini dilakukan hampir dilakukan setiap minggu sekali, agar nominal uang yang didapatkan lebih besar.
Selain itu, bagi tahanan atau narapidana yang baru masuk seharusnya berada di kamar masa pengenalan lingkungan (Mapenaling) selama 14 hari. Namun dapat langsung ditempatkan di kamar biasa dengan membayar dengan uang tunai.
Modus lain, menebar isu pemindahan antar lapas. Ini dilakukan agar para tahanan dan napi merasa takut dan tidak dipindahkan. Tetapi harus menyetor uang dengan kisaran Rp 30-50 juta.
Mantan Kalapas Sampit, M, sendiri dituding melakukan pembangunan rumah pribadinya dari uang pungli.
Menanggapi isu dugaan pungli tersebut, Kepala Divisi Pemasyarakatan (Divpas) Kanwil Ditjen Imigrasi dan Pemasyarakatan Kalteng, Tri Saptono Sambudji, mengatakan tim inspektorat jenderal telah melakukan pemeriksaan.
“Sudah dilakukan pemeriksaan oleh tim itjen. Kalapas dan KPLP-nya sudah dinonaktifkan untuk mempermudah pemeriksaan,” ucapnya.
“Apabila ada petugas yang terbukti melanggar atau berbuat salah akan diberikan sanksi dan tindakan yang tegas sesuai aturan yang berlaku. Itu tentunya berdasarkan hasil dari pemeriksaan tim itjen,” tegasnya.
Salah seorang istri tahanan berinisial J, mengaku menjadi korban pungli yang dilakukan oknum petugas lapas.
“Sering pak. Sampai kami harus menjual barang-barang yang tersisa. Kalau tidak dipenuhi permintaan itu, kasihan suami saya nanti di dalam sana pak,” ujar saat dibincangi sembari menyebutkan oknum kalapas.
Untuk kisaran nominal yang diminta, dia tidak bisa menyebutkan lantaran sering diminta memberikan uang kepada oknum yang bersangkutan.
“Gak terhitung, lupa juga pak. Soalnya suami yang mengirimkan uangnya,” ungkapnya.
Terkait dengan kamar, dia juga mengatakan pada saat masuk ke lapas, suami mengeluarkan uang sekitar Rp 30 jutaan untuk mendapatkan kamar.
“Untuk bukti, kemarin waktu diperiksa kayaknya suami saya sudah ngasih bukti-bukti itu ke tim pemeriksa,” ucapnya.
Terpisah, oknum mantan Kalapas Sampit, M, membantah semua tudingan kepada dirinya yang menyebutkan melakukan praktik dugaan pungli kepada para tahanan dan narapidana disaat dirinya menjabat sebagai kalapas.
M sendiri membeberkan, terkait dengan rumah yang berada di Kota Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), dibeli secara cash (Tunai). Bahkan, uang untuk membeli rumah tersebut, ia pinjam dari Bank BRI Cabang Sampit.
“Saya pinjam uang di bank. Rp 1,2 miliar. Dan membeli rumah itu Rp 800 juta,” terangnya.
M pun menyebutkan, dirinya memiliki usaha seperti sarang walet dan kosan yang berada di Kabupaten Gunung Mas (Gumas).
“Usaha saya ada. Saya ada walet. Dan juga kosan, itu warisan dari mertua saya dan saya yang mengelolanya,” jelas M kepada awak media ini.
Terkait dengan adanya bukti chat whatsapp yang menyebutkan dirinya meminta uang kepada tahanan berinisial J alias Doyok, pun dibantah.
“Bukti transfer itu kan jelas ke rekening atas nama Ahmad Syafiuddin. Tanya kan saja kepada Ahmad. Kalau di WA itu nama saya, itu bisa saja ditulis nama saya. WA kan bisa diganti-ganti Namanya dengan mudah. Ahmad sendiri mengakui minta uang dengan Doyok,” terangnya.
Sementara pungli untuk pindah kamar pun dibantah M secara tegas. Ia mengatakan, dirinya sebagai kalapas tidak pernah tanda tangan terkait pindah kamar tahanan.
“Coba cek aja, ada nggak saya tanda tangan perpindahan kamar. Itu KPLP yang ngurus kamar,” ungkapnya.
Terkait dengan tahanan J alias Doyok, yang menyatakan mendapat tekanan pun dibantah M. Bahkan, pelaporan dan pencabutan laporan kepada MFI dirinya tidak tahu menahu.
“Itu urusan mereka. Saya juga tidak kenal dengan istri Doyok. Bahkan saya dapat infonya itu bukan istri sah Doyok,” ucapnya.
M menuturkan, dirinya memang pernah menegur Doyok. Lantaran si Doyok berhubungan intim dengan istrinya di ruang klinik lapas.
“Saya tegur Doyok-nya. Itupun saya diberitahu oleh KPLP. Makanya, saya panggil si Doyok ini agar tidak mengulangi perbuatanya lagi,” terang M.
M menjelaskan, selama dirinya menjabat sebagai kalapas, semua SOP yang ada di lapas dirinya patuhi dan jalankan.
“Terkait dengan HP, kita rutin lakukan razia. Tapi HP ini ada terus. Namun kita tidak berhenti melakukan razia agar tidak ada lagi barang-barang terlarang masuk ke lapas,” jelasnya.
Banyak tudingan kepada dirinya, M hanya menuturkan, bahwa dirinya menunggu hasil dari pemeriksaan yang dilakukan saja. Ia pun tidak akan melaporkan balik terhadap tuduhan kepadanya.
“Saya tunggu hasil pemeriksaan saja. Dan saya tidak laporkan balik. Biarkan saja,” ucapnya.
Sementara itu, pihak Bank BRI Cabang Sampit, Sulasmi, saat dikonfirmasi, membenarkan bahwa M telah melakukan kredit atau pinjaman di Bank BRI dengan nilai Rp 1,2 miliar dengan lama waktu pinjaman selama 15 tahun.
“Iya benar pak. Saat ini pinjamannya masih berjalan. Tenornya 15 tahun. Katanya untuk membeli rumah,” terangnya.
Sementara pihak developer, Nisa, membenarkan M telah membeli rumah dari pihaknya secara tunai dengan nominal Rp 800 juta.
“Iya benar pak. Beliau kredit di bank. Kemudian beli rumah secara cash. Rumah yang dibeli beliau memang tergolong mahal, karena untuk kalangan menengah ke atas,” jelasnya. (cen)