PALANGKA RAYA – Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mengadakan kegiatan Peningkatan Kapasitas Program Kampung Iklim (ProKlim) untuk memperkuat kapasitas sumber daya manusia (SDM) dalam menghadapi perubahan iklim.
Kegiatan yang berlangsung selama dua hari, pada 20 sampai dengan 21 Maret 2025, bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan masyarakat serta pemangku kepentingan dalam menerapkan program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di tingkat lokal.
Kegiatan ini dihadiri oleh berbagai pihak yang memiliki peran penting dalam upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di Provinsi Kalteng, termasuk kepala desa, perangkat desa serta masyarakat yang terlibat langsung dalam pelaksanaan Program Kampung Iklim.
Dalam sambutannya, Kepala DLH, Joni Harta menekankan, pentingnya kolaborasi untuk memperkuat program ini agar dapat berjalan dengan lebih efektif.
Joni menyampaikan, bahwa perubahan iklim bukan hanya isu global, tetapi juga memiliki dampak langsung terhadap kehidupan masyarakat lokal.
Menurutnya, perubahan pola cuaca yang ekstrem, seperti banjir dan kekeringan, telah mengubah cara hidup masyarakat dan memengaruhi sektor-sektor seperti pertanian, perikanan serta sumber daya alam (SDA) lainnya yang menjadi tumpuan hidup masyarakat Kalteng.
Oleh karena itu, Ia menyebutkan, bahwa peningkatan kapasitas SDM adalah langkah strategis yang harus diambil untuk menghadapinya.
“Perubahan iklim bukan sekadar isu global, tetapi juga berdampak langsung pada masyarakat lokal. Oleh karena itu, kita perlu meningkatkan kapasitas SDM agar dapat melakukan upaya mitigasi dan adaptasi yang lebih efektif. Proklim ini menjadi salah satu strategi utama dalam menjaga kelestarian lingkungan dan memastikan masyarakat mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan iklim,” ujar Joni.
Proklim sendiri merupakan salah satu upaya yang diinisiasi oleh pemerintah untuk mendorong masyarakat di tingkat desa atau kelurahan dalam mengimplementasikan langkah-langkah yang dapat mengurangi dampak negatif perubahan iklim sekaligus meningkatkan ketahanan lingkungan di tingkat lokal.
Pelatihan ini, bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada para peserta mengenai berbagai strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Selain itu, peserta juga diberikan pemahaman terkait pentingnya peran masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan melalui aksi-aksi nyata yang dapat dilakukan di tingkat desa, seperti pengelolaan sampah, penghijauan, pengendalian polusi serta pemanfaatan energi terbarukan.
Selama dua hari pelatihan, para peserta diajarkan bagaimana cara merencanakan dan mengimplementasikan program yang berfokus pada pengurangan risiko perubahan iklim serta membangun ketahanan masyarakat terhadap bencana yang diakibatkan oleh perubahan iklim.
Salah satu fokus utama pelatihan adalah bagaimana mengadaptasi strategi mitigasi dan adaptasi yang sesuai dengan kondisi geografis dan sosial ekonomi masing-masing daerah.
Lebih lanjut, Joni Harta menegaskan, bahwa keberhasilan Proklim sangat bergantung pada sinergi. Oleh karena itu, ia berharap agar pelatihan ini dapat memberikan pemahaman yang mendalam kepada peserta tentang pentingnya keterlibatan aktif masyarakat dalam pelaksanaan program ini.
“Oleh sebab itu, pelatihan ini diharapkan dapat membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan yang dapat diterapkan di daerah masing-masing. Dengan adanya koordinasi yang baik antara pemerintah daerah dan masyarakat, kita akan dapat mewujudkan keberhasilan ProKlim yang tidak hanya mengurangi dampak perubahan iklim, tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” tuturnya.
Joni Harta menutup sambutannya dengan harapan agar pelatihan ini dapat menjadi awal dari perubahan besar dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
Ia menegaskan, bahwa untuk mencapai keberhasilan dalam program ini, tidak hanya dibutuhkan pemahaman, tetapi juga aksi nyata di lapangan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, baik dari pemerintah, sektor swasta, hingga masyarakat itu sendiri.
“Setiap peserta diharapkan mampu mengadaptasi serta mengembangkan strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sesuai dengan kondisi geografis dan sosial ekonomi di wilayahnya. Keberhasilan program ini tidak akan tercapai jika tidak ada kolaborasi yang kuat dari semua pihak,” pungkasnya. (ifa/abe)