
SAMPAIKAN RILIS: Kepala BPS Kalteng, Agnes Widiastuti, saat menyampaikan rilis terkait dengan angka kemiskinan. FOTO: HARDI/PE
PALANGKA RAYA – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kalteng, Agnes Widiastuti, menyampaikan secara umum pada periode Maret 2017–September 2024, tingkat kemiskinan di Provinsi Kalteng mengalami penurunan. Baik dari sisi jumlah maupun persentase. Kecuali pada September 2020, September 2021, Maret 2022, Maret 2024 dan September 2024.
“Kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode Maret 2022 terjadi, setelah adanya kenaikan harga barang kebutuhan pokok sebagai akibat dari kenaikan harga bahan bakar minyak,” ucapnya, saat menyampaikan press rilis di Kantor BPS Kalteng, Rabu (15/1/2025).
Sementara itu, kenaikan jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode Maret 2020 dan September 2020 terjadi ketika ada pembatasan mobilitas penduduk saat pandemi Covid-19 melanda Indonesia.
“Jumlah penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Tengah pada September 2024 mencapai 149,24 ribu orang. Dibandingkan Maret 2024, jumlah penduduk miskin meningkat 3,61 ribu orang,” jelasnya.
Ia menjelaskan, persentase penduduk miskin pada September 2024 tercatat sebesar 5,26 persen, meningkat 0,09 persen poin terhadap Maret 2024.
Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode Maret 2023–September 2024, jumlah penduduk miskin perkotaan naik sebesar 5,17 ribu orang sedangkan di pedesaan turun sebesar 1,56 ribu orang.
“Persentase kemiskinan di perkotaan naik dari 4,89 persen menjadi 5,22 persen. Sementara itu, di pedesaan turun dari 5,38 persen menjadi 5,29 persen,” ungkapnya.
Garis Kemiskinan pada September 2024 adalah sebesar Rp641.524,00 per kapita per bulan. Dibandingkan Maret 2024, Garis Kemiskinan naik sebesar 2,82 persen.
Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM).
Ia juga menjelaskan, bahwa peranan komoditas makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditas bukan makanan.
“Besarnya sumbangan GKM terhadap GK pada September 2024 di perkotaan sebesar 74,86 persen dan di perdesaan sebesar 79,00 persen,” ujarnya.
Pada September 2024, komoditas makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada GK, baik di perkotaan maupun di pedesaan, pada umumnya hampir sama. Beras masih memberi sumbangan terbesar, yakni sebesar 20,93 persen di perkotaan dan 24,69 persen di
perdesaan. Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua terhadap GK (13,37 persen di perkotaan dan 14,59 persen di pedesaan).
Komoditas lainnya adalah daging ayam ras (6,04 persen di perkotaan dan 5,09 persen di pedesaan), telur ayam ras (4,64 persen
di perkotaan dan 3,76 persen di pedesaan), mie instan (3,38 persen di perkotaan dan 2,94 persen di pedesaan), gula pasir (2,53 persen di perkotaan dan 3,50 persen di perdesaan), dan seterusnya.
Komoditas bukan makanan yang memberikan sumbangan terbesar, baik pada GK perkotaan dan perdesaan, adalah perumahan (8,09 persen di perkotaan dan 9,50 persen di pedesaan), bensin (4,68 persen di perkotaan dan 2,80 persen di perdesaan), dan listrik (3,40 persen di perkotaan dan 1,66 persen di pedesaan). Urutan selanjutnya adalah sumbangan dari pendidikan; perlengkapan mandi; perawatan kulit, muka, kuku, dan rambut; serta sabun cuci.
Ia juga menambahkan, pada September 2024, rata-rata rumah tangga miskin di Provinsi Kalimantan Tengah memiliki 4,68 orang anggota rumah tangga. Dengan demikian, besarnya Garis Kemiskinan per rumah tangga secara rata-rata adalah sebesar Rp3.002.332,00/rumah tangga miskin/bulan. (rdi)